Kategori Berita
Media Network
Minggu, 19 SEPTEMBER 2021 • 20:31 WIB

8 Rekomendasi Film Indie Indonesia Terbaik Raih Banyak Penghargaan

Ilustrasi film indie Indonesia (photo/IMDb)

Film indie atau film independen biasanya diputar terlebih dahulu di festival film berskala lokal, nasional, maupun internasional sebelum ditayangkan secara massal di bioskop atau layanan streaming.

Tak heran jika film indie Indonesia banyak yang lebih dahulu terkenal dan populer di luar negeri daripada di negara asalnya.

Hebatnya lagi, film indie Indonesia terbaik juga banyak yang meraih penghargaan dan masuk nominasi festival film di dalam maupun di luar negeri.

Rekomendasi Film Indie Indonesia Terbaik

Indozone telah merangkum daftar rekomendasi film indie Indonesia terbaik dengan banyak penghargaan nasional maupun internasional yang bisa jadi tontonan kamu.

1. Paranoia (2021)

 

Paranoia merupakan film terbaru bergenre drama thriller produksi Miles Films yang tayang perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN), Korea Selatan.

Film indie Indonesia ini menceritakan tentang Dina (Nirina Zubir) yang melarikan diri ke Bali bersama anaknya Laura (Caitlin North Lewis).

Suaminya, Gion (Luman Sardi) terus berusaha menemukan Dina dan Laura yang diduga membawa sebuah barang berharga.

Suatu hari Laura bertemu dengan Raka (Nicholas Saputra) sementara Dina berpapasan dengan teman Gion. Situasi ini membuat mereka ketakutan Gion akan mengetahui keberadaan mereka.

2. Kucumbu Tubuh Indahku (2019)

 

Kucumbu Tubuh Indahku pertama kali ditayangkan di Festival Film Internasional Venesia ke-75 dan kemudian ditayangkan di Festival Tiga Benua Nantes.

Meski sempat menuai kontroversi, film indie terbaik ini berhasil mendulang prestasi karena meraih delapan penghargaan dari dua belas nominasi dalam Festival Film Indonesia 2019.

Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho ini bercerita tentang seorang penari lengger bernama Juno (Muhammad Khan).

Juno memiliki orientasi seksual dengan sisi maskulin dan feminis di dalam dirinya semenjak guru tarinya (Sujiwo Tejo) memberikan pengajaran bernada seksual.

Juno juga kerap menerima tindakan asusila semasa remaja, hingga akhirnya ia jatuh cinta dengan seorang petinju bayaran (Randy Pangalila).

3. 27 Steps of May (2019)

 

27 Steps of May mengangkat isu kekerasan seksual berupa pemerkosaan yang dialami May (Raihaanun) saat masih berusia remaja.

Kejadian tersebut meninggalkan trauma mendalam yang membuat May mengunci diri dari dunia luar.

Sang ayah (Lukman Sardi) pun menghukum dirinya sendiri karena tak mampu menjaga putri satu-satunya.

Kehadiran pesulap (Ario Bayu) melalui celah kecil dinding kamar May, perlahan-lahan membebaskan May dari jebakan masa lalunya.

27 Steps of May sukses mendapatkan 9 nominasi Festival Film Indonesia 2019 dan telah ditayangkan di Bengaluru International Film Festival (Biffes), Mar Sharm El Sheikh Asian Film Festival (SAFF), dan Cambodia International Film Festival (CIFF).

4. Ave Maryam (2019)

 

Ave Maryam awalnya berjudul Salt is Leaving the Sea, merupakan rekomendasi film indie Indonesia yang menyoroti hubungan terlarang antara suster dan pastor.

Film ini menceritakan Maryam (Maudy Koesnaedi), seorang suster di gereja yang bekerja merawat para biarawati lanjut usia.

Hingga suatu ketika, Yosef (Chicco Jericho) seorang pastor menjadi pemimpin baru gereja tersebut.

Pertemuan mereka pun sangat berkesan, sampai keduanya sepakat menjalin hubungan secara diam-diam meski tahu tindakan tersebut salah.

Ave Maryam berhasil menjadi pemenang kategori Penyuntingan Film Terbaik di Festival & Penghargaan Film Internasional Perbara ke-4 2019 dan masuk sebagai nominasi dalam lima kategori di ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2019.

5. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)

 

Marlina (Marsha Timothy) adalah seorang janda yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana, Sumba.

Suatu hari rumahnya didatangi tujuh orang perampok yang hendak merampas harta dan kehormatan Marlina.

Sebagai perlawanan, Marlina nekat memenggal kepala ketua perampok tersebut untuk menyerahkannya kepada polisi.

Kisah Marlina disajikan dalam empat babak, yaitu perampokan, perjalanan, pengakuan dosa, dan kelahiran.

Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak menjadi salah satu film indie Indonesia terbaik yang sukses meraih segudang penghargaan dan nominasi bergengsi.

Film ini berhasil memenangkan 10 kategori dalam Festival Film Indonesia 2018, 5 kategori dalam Piala Maya 2017, serta dalam Festival Film Sitges dan Tokyo FILMeX.

6. Another Trip to the Moon (2015)

 

Another Trip to the Moon mengusung drama fantasi dengan jalan cerita yang surealis karena memuat unsur fiksi ilmiah yang berpadu dengan kehidupan primitif dan kehidupan modern masa kini.

Berbeda dengan film indie lainnya, film ini tidak menampilkan dialog sama sekali atau biasa disebut sebagai film bisu.

Another Trip to the Moon menceritakan tentang anak seorang dukun bernama Asa (Tara Basro) yang memilih tinggal di dalam hutan bersama Laras (Ratu Anandita).

Setelah Laras meninggal, Asa dijemput dan dibawa kembali ke kota oleh Manusia Anjing (Cornelio Sunny), orang kepercayaan Ibu Asa (Endang Sukeksi).

Karena tidak bahagia dengan kehidupan barunya dengan anak berupa Manusia Anjing, Asa lari lagi ke hutan dan 'bertemu' dengan Laras.

Another Trip to the Moon berkompetisi di Tiger Awards Competition, di kategori utama pada International Film Festival Rotterdam 2015.

7. Tabula Rasa (2014)

 

Tabula Rasa mengisahkan seorang pemuda asal Serui, Papua bernama Hans (Jimmy Kobogau) yang gagal menjadi pemain sepak bola profesional.

Di tengah harapannya yang pupus, ia bertemu dengan Mak (Dewi Irawan) pemilik rumah makan Padang atau lapau.

Meski dipenuhi dengan perbedaan, Mak dan Hans memiliki pandangan yang sama tentang makanan.

Hans akhirnya menemukan bakat lain di bidang kuliner semenjak membantu menghidupkan kembali lapau milik Mak.

Tabula Rasa berhasil menjadi film indie yang memenangkan empat penghargaan pada Festival Film Indonesia 2014 dan tayang di Cannes Film Festival 2015.

8. What They Don't Talk When They Talk About Love (2013)

 

Daftar film indie Indonesia lainnya yang meraih banyak penghargaan yaitu Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta dengan judul internasional What They Don't Talk About When They Talk About Love.

Film ini rilis pertama kali di Festival Film Sundance, lalu tayang di Festival Film Internasional Rotterdam, Festival Film Internasional Busan, Festival Film Internasional Tokyo, dan masih banyak lagi.

What They Don't Talk When They Talk About Love bercerita tentang kisah asmara para penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan fisik.

Fitri (Ayushita) adalah wanita tunanetra yang jatuh hati pada Edo (Nicholas Saputra) yang merupakan pria tunarungu.

Di sisi lain, Diana (Karina Salim) yang menderita miopia menyukai pria tunanetra Andhika (Anggun Priambodo).


Nah, itulah rekomendasi film indie Indonesia terbaik yang meraih banyak penghargaan nasional maupun internasional. Tonton dan download film Indonesia di situs legal, ya!

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

8 Rekomendasi Film Indie Indonesia Terbaik Raih Banyak Penghargaan

Link berhasil disalin!