Film Kuasa Gelap; Film Indonesia Pertama Dengan Tema Eksorsisme (Foto: IMDb)
INDOZONE.ID - Genre horor dapat dikatakan sebagai primadona di industri film Tanah Air karena pasar menyukainya. Lantas, apa penyebabnya?
Produser Robert Ronny pun menjelaskan alasan di balik film bergenre horor amat digemari di Indonesia.
Perlu diketahui, Roberttelah sukses dengan rumah produksi miliknya, Legacy Pictures, yang didirikan pada 2015, dan Paragon Pictures pada 2019.
Robert Ronny pernah menyutradarai film Dilema, Hattrick, dan Critical Eleven, serta pernah menjadi penulis skenario untuk beberapa film diproduseri.
Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Robert Ronny, yakni Kartini meraih 14 nominasi di Festival Film Indonesia termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, dan Critical Eleven dinominasikan untuk Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik dan menang untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik di Asian Creative Academy Awards.
Baca Juga: 7 Fakta Menarik 'Dark Nuns', Film Horor Eksorsisme Korea Terbaru Song Hye Kyo
Salah satu film yang menyita perhatian para penonton garapan Robert Ronny berjudul, Kuasa Gelap. Padahal, produser berusia 47 tahun itu bukan penggemar genre horor.
Tak hanya itu, Robert juga memaparkan penyebab utama di balik tingginya minat penonton Indonesia terhadap film horor.
Tak hanya itu, ia juga melihat pasar horor berkembang dalam beberapa tahun ke depan di Indonesia.
Menurut Robert, sebagian besar masyarakat Indonesia masih percaya dengan cerita takhayul yang ada di setiap daerah.
Robert Ronny. (INDOZONE/Nadya Mayangsari)
"Indonesia ini masyarakat yang sangat-sangat takhayul, percaya banget tentang unik, dari kecil selalu diceritakan tentang setan. Jadi, itu ada kedekatan secara cultural, mau di mana pun, di setiap pengkolan di Indonesia itu, selalu ada setannya," ujar Robert Ronny saat diwawancarai INDOZONE, Kamis (13/2/2025).
"Setiap daerah selalu punya cerita mistisnya sendiri, kalau teman-teman ngumpul, nganggur, pasti cerita setan," ungkapnya.
Dari kacamatanya, masyarakat Indonesia akan selalu suka dengan film horor karena sesuai dengan budayanya.
"Jadi, memang Indonesia ini sangat-sangat suka dengan film horor karena memang sudah sesuai dengan culture masyarakat kita. Sebenarnya, sampai kapan pun, orang pasti akan tetap suka dengan film horor," jelasnya.
Namun, fakta ini bak pisau bermata dua. Karena minat masyarakat terhadap genre horor tinggi, banyak film yang justru mengulang formula sebelumnya.
Menurut Robert, pembuat film perlu menghadirkan karya horor dengan hal baru supaya masyarakat tidak bosan.
"Masalahnya, menurut saya, sekarang terlalu banyak film horor dibikin, dan celakanya, cerita yang mirip-mirip, premisnya mirip-mirip, posternya pun mirip-mirip, judulnya mirip-mirip, pemainnya juga itu-itu saja," ungkap Robert.
"Saya yakin penonton akan bosan sih, kalau kita tidak menawarkan sesuatu yang baru," tuturnya.
Dalam memproduksi film, Robert memaparkan, bahwa prioritas yang harus dipegang adalah kecintaan terhadap dunia perfilman.
Sebab, film seharusnya lahir dari sebuah passion, bukan semata-mata mengejar keuntungan finansial.
"Sejak pertama jadi film maker, memang karena saya pengen bikin film yang bagus, bukan sekadar nyari duit, kalau sekadar nyari duit mah bisa jadi karyawan bank saja bukan jadi film maker, menurut saya ya," tegasnya.
Setiap film yang dibuat, harus memiliki dorongan batin kuat. Genre bukanlah batasan utama, yang terpenting adalah ketulusan dalam berkarya.
"Saya bikin film Kuasa Gelap karena memang panggilan saya dari dulu ya. Saya orang katolik, dari kecil saya nonton film exorsisme yang waktu itu saya bilang, 'Ini film keren banget ya, related banget dengan saya,' dan belum pernah dibikin di Indonesia, dan akhirnya saya bikin," sambungnya.
Baca Juga: Sebagus Apa Film Horor “Kuasa Gelap”? Berikut Reviewnya
Robert menyadari genre exorsisme dari sisi Katolik masih jarang dieksplorasi secara serius di Indonesia. Meski tantangannya besar, ia berkeinginan besar untuk merealisasikan film tersebut.
Bahkan, ia sempat ragu mengenai film bertema Katolik ini bisa menarik perhatian penonton.
Namun, berkat usaha dan keyakinan, film ini akhirnya diterima dengan baik oleh masyarakat.
"Meskipun dengan segala macam risikonya. Banyak yang mencibir 'Siapa orang yang mau menonton film katolik?' Ya, puji Tuhan diterima baik oleh masyarakat," beber Robert.
"Jadi, menurut saya sih, harus itu sih jangan ada me too personality gitu ya. Yang lain sukses bikin cerita ini, bikin cerita itu mirip-mirip, atau judulnya yang diubah dikit-dikit, jangan gitu lah, apalagi sutradaranya yang bikin sama, aduh jangan deh," tambahnya.
Dia pun berharap film-film horor di Indonesia bisa makin bervariasi di masa depan. Jadi, masyarakat pun akan tersuguhkan karya-karya yang segar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara, Liputan