Kisah Nyata Desmond Doss di "Hacksaw Ridge", Prajurit yang Anti Menggunakan Senjata Tapi Menyelamat Pasukan
INDOZONE.ID - Kalau kalian pernah nonton Film Hacksaw Ridge, kalian pasti akan melihat sesosok merupakan film yang diangkat dari kisah nyata Desmond Doss, seorang prajurit medis selama Perang Dunia II.
Dalam film ini, yang disutradarai oleh Mel Gibson dan dibintangi oleh Andrew Garfield sebagai Doss, menceritakan bagaimana Doss, seorang penganut Advent Hari Ketujuh, menolak untuk menggunakan senjata karena keyakinan religiusnya yang kuat terhadap prinsip non-kekerasan.
Desmond Doss adalah seorang kopral Angkatan Darat Amerika Serikat yang dikenal sebagai penolak wajib militer bernurani selama Perang Dunia II. Doss adalah seorang penganut Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang taat, yang mengajarkan penolakan terhadap kekerasan dan pembunuhan.
Karena keyakinan ini, ia menolak untuk membawa senjata dan berperang dengan cara tradisional, memilih untuk berperan sebagai tenaga medis.
Baca Juga: Andrew Garfield Sebut Kisah Spider-Man Tak Pernah Berakhir, Sinyal Bakal Comeback?
Desmond Doss lahir pada 7 Februari 1919, di daerah pedesaan Lynchburg, Virginia. Ia merupakan anak kedua dari pasangan William Thomas Doss dan Bertha Edward Oliver Doss. Keluarga mereka tergolong sederhana dan berasal dari kelas pekerja, di mana ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan ibunya sebagai pembuat sepatu.
Faktor paling signifikan yang mempengaruhi Doss selama masa pertumbuhannya adalah pendidikan yang ketat bagi seorang Adventis Hari Ketujuh. Orang tua membesarkannya dalam lingkungan yang penuh dengan keyakinan religius, menekankan pada kehidupan yang jujur dan tanpa pamrih, yang kemudian menjadi inti dari pandangan dunia altruistiknya.
Doss tumbuh dengan keinginan untuk menjadi seorang dokter atau misionaris. Namun, secara akademis, ia tidak berhasil mencapai cita-cita tersebut karena hanya menyelesaikan satu tahun di sekolah menengah sebelum mendapatkan pekerjaan sebagai tukang kayu kapal di Newport News, Virginia.
Pada akhirnya, perang melanda Amerika dan Doss menyadari dirinya dalam hal yang sangat penting bagi pertahanan negara. Ia sebenarnya bisa saja menghindari wajib militer melalui penundaan karena profesinya, namun hal itu tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dianut Doss.
Doss adalah seorang patriot yang ingin mengabdi pada negaranya dan tidak menghindar dari tanggung jawabnya.
Meskipun demikian, ia ingin mengabdi pada negara dan sesama dengan cara yang sesuai dengan keyakinan agamanya. Karena keyakinan ini, ia menolak untuk membawa senjata dan berperang dengan cara tradisional, yaitu dengan cara memilih untuk berperan sebagai tenaga medis.
Baca Juga: Hacksaw Ridge, Keajaiban Yang Terjadi di Tengah Peperangan
Doss menolak untuk membawa senjata atau terlibat dalam kekerasan karena keyakinan agamanya yang mendalam, yang menekankan pada perintah "Jangan membunuh" dari Alkitab.
Insiden traumatis di masa kecilnya, di mana ia menyaksikan dampak kekerasan, semakin memperkuat tekadnya untuk tidak melukai orang lain. Meskipun banyak rekan-rekannya menganggapnya aneh dan bahkan mengejeknya, Doss tetap teguh pada prinsipnya.
Selama pelatihan dasar di Fort Jackson, Doss mengalami perlakuan buruk dari atasan dan rekan-rekannya. Ia menjadi sasaran kekerasan fisik dan psikologis yang bertujuan untuk memprovokasi emosinya. Doss mengalami pengucilan dari rekan-rekannya, yang menganggapnya aneh dan keras kepala karena penolakannya untuk memegang senjata.
Ia sering dibully dan bahkan dipukuli oleh sesama prajurit, yang menciptakan suasana yang sangat sulit baginya di kamp pelatihan. Namun, Doss memilih untuk tidak membalas dan tetap bersabar, bahkan ketika diminta untuk mundur dari pelatihan.
Keberaniannya untuk tidak melaporkan perlakuan buruk tersebut menunjukkan komitmennya terhadap prinsip non-kekerasan.
Penolakan Doss untuk mengangkat senjata juga membawanya ke mahkamah militer, di mana ia dituduh melanggar perintah. Ia sempat dipenjara karena dianggap tidak mengikuti perintah militer.
Doss bertugas di Batalyon ke-1, Resimen Infanteri ke-307, Divisi Infanteri ke-77. Doss bertugas sebagai paramedis dan menghadapi banyak tantangan, termasuk penolakan dan penghinaan dari rekan-rekannya yang menganggapnya pengecut.
Baca Juga: 'The 33', Kisah Nyata Penambang Terjebak di Bawah Tanah Selama 69 Hari, Berikut Sinopsisnya!
Meskipun demikian, ia tetap berkomitmen untuk menyelamatkan nyawa prajurit lain. Pada pertempuran di Okinawa, khususnya di lokasi yang dikenal sebagai Hacksaw Ridge, Doss menunjukkan keberanian luar biasa.
Dalam situasi yang sangat berbahaya, ia berulang kali kembali ke garis depan untuk mencari dan merawat tentara yang terluka, bahkan ketika pasukannya diperintahkan untuk mundur. Doss berdoa agar dapat menyelamatkan "satu nyawa lebih banyak" setiap kali ia berhasil membawa prajurit yang terluka ke tempat aman.
Dalam pertempuran ini, ia berhasil menyelamatkan sekitar 75 tentara, termasuk rekan-rekannya dari unit yang sebelumnya mengucilkannya. Keberaniannya dan dedikasinya membuatnya dihormati oleh mereka yang awalnya meragukannya.
Atas pengabdiannya, Desmond Doss dianugerahi Medal of Honor oleh Presiden Harry S. Truman, menjadikannya sebagai orang pertama dalam sejarah AS yang menerima penghargaan tersebut tanpa pernah menembakkan senjata. Ia juga menerima dua Bronze Star atas keberaniannya di medan perang.
Baca Juga: Sinopsis Northern Limit Line: Diangkat dari Kisah Nyata Pertempuran dengan Korea Utara
Meskipun mengalami luka parah selama perang dan menderita tuberkulosis setelahnya, Doss tetap menjadi simbol keberanian dan integritas moral. Setelah Perang Dunia II berakhir, Desmond Doss kembali ke kehidupan sipil dan kontinuasi pelayanannya kepada Tuhan.
Meskipun telah menjadi pahlawan dengan menerima Medal of Honor, Doss tetap menjalankan prinsip-prinsip agamanya dengan teguh. Setelah perang, ia tidak langsung menukar identitasnya sebagai seorang Kristen yang taat; malah, ia terus aktif dalam gereja dan masyarakat lokal. Ia meninggal pada 23 Maret 2006 dan dimakamkan dengan hormat di Makam Nasional Chattanooga, Tennessee.
Meskipun demikian, warisan spiritual dan moralnya tetap hidup melalui cerita inspiratifnya yang telah membuktikan betapa pentingnya iman dan integritas dalam menghadapi tantangan besar, termasuk di medan perang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Journal Of Emergency Medicine