INDOZONE.ID - Fanny Soegi mengungkapkan adanya ketidakadilan pembagian royalti pada lagu-lagu milik Soegi Bornean.
Hal itu dibagikannya lewat akun X pribadi milik @fannysoegi. Dia mengungkapkan mengenai adanya ketidakadilan, ihwal pencipta lagu populer 'Asmalibrasi' yang tak mendapatkan hak royalti yang harusnya dia terima.
Selain itu, Fanny memilih untuk keluar dari Soegi Bornean terhitung sejak 1 Maret 2024.
Dia menegaskan walaupun lagu itu telah mencapai royalti tinggi sampai setengah miliar rupiah, tetapi justru sang pencipta tak mendapat uang yang menjadi haknya, padahal dirinya sangat membutuhkan.
"Bayangin aja, lagu Asma ini yang kalian dengar di mana-mana, penciptanya sampai minjem uang untuk bayar sekolah anaknya. Nominal dari royalti lagu ini nggak main-main, setengah milyar lebih ada, tapi itu justru orang-orang yang nggak punya hak dapat paling banyak dan nggak transparan," dikutip dari postingan X @fannysoegi.
Baca Juga: Soegi Bornean Tanggapi Tuduhan Fanny Soegi Terkait Ketidakadilan Royalti Lagu
Fanny menyatakan bahwa royalti dari lagu 'Asmalibrasi', yang dirilis pada 2019, telah mencapai angka yang cukup besar.
Hal ini tidak mengherankan, mengingat lagu tersebut viral dan turut berperan dalam meningkatkan popularitas Soegi Bornean.
"Orang-orang yang nggak berhak bisa beli 2 mobil sekaligus, gitar mahal, foya-foya. Sedangkan pencipta lagu Asma masih ngontrak di Jogja, mana atapnya jebol lagi. Bukan nominal yang ku garis bawahi, tapi nurani kalian. Band-band kok serakah, nggak keren blas," sambungnya.
Fanny juga mengungkapkan bahwa dirinya sempat menerima ancaman ketika berencana mempublikasikan masalah ini.
Diketahui bahwa salah satu pencipta lagu 'Asmalibrasi' adalah Dhimas Tirta Franata, yang dikenal juga dengan nama Dimec Tirta.
Meskipun demikian, Fanny tetap berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan, meski harus menghadapi berbagai tekanan.
"Aku masih ingat banget ketika aku mau bersuara tentang ini, ada cletukan "Fanny lupa toh kalau dibelakangku ini orang-orang penting?" Iya aku tau kalian jurnalis, meskipun aku sendirian, aku nggak takut, aku masih berpegang teguh rasa adil," sambungnya.
Bahkan Fanny pun mengaku masih membiarkan namanya masih dipakai untuk band dan lebih memilih untuk diam.
Baca Juga: Kritik Pedas Fanny Soegi Soal Pembagian Royalti Lagu, Ungkap Ketamakan di Balik Band Soegi Bornean
"Justru sekarang kalian yang masih nge-Band dan banting harga jauh di bawahku dan masih pakai namaku. Aku masih baik, masih aku diemin," sambungnya.
Kemudian, Fanny menceritakan rasa sakitnya saat dirinya sedang berduka. Dia diharuskan tetap manggung dengan kata-kata yang menyakitkan.
"Aku masih ingat banget rasanya 7 harian Ibuku, aku diharuskan tetap manggung dengan kata-kata menyakitkan," ujar Fanny.
Lantaran dia ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh Ibunda tercinta, belum lagi harus menyikapi perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain.
"Rasanya sakit hati banget dan harus kehilangan Ibuku di waktu yang bersamaan. Pernah ada di satu titik aku mau mengakhiri hidup karena betul-betul sendirian, tanpa Bapak dan Ibuk. Perlakuan kalian nggak akan aku lupakan seumur hidup. Kalian laki-laki patriarki, korup, betahisin," tambahnya.
Fanny lebih berani untuk mengambil keputusan dan tetap berpegang teguh pada keadilan.
"Sekarang aku nggak takut ancaman, aku perempuan, aku berpegang teguh keadilan," tutupnya.
Penulis: Nadya Mayangsari
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: X/@fannysoegi