Kategori Berita
Media Network
Senin, 18 NOVEMBER 2024 • 11:48 WIB

“Bumi Manusia”: Romansa dalam Bayang Kolonialisme

Adegan Annelies, Minke, dan Robert Mellema (Kakak Annelies) dalam film Bumi Manusia

INDOZONE.IDBumi Manusia, film yang diadaptasi dari novel legendaris karya Pramoedya Ananta Toer, lebih dari sekadar sebuah kisah cinta.

Film ini menyajikan refleksi mendalam tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda, mengungkap dinamika sosial yang terjadi pada awal abad ke-20 di Hindia Belanda.

Dengan latar belakang penjajahan yang menyakitkan, film ini menyajikan cerita yang tidak hanya mengharukan, tetapi juga menggugah semangat perjuangan.

Romansa di Tengah Kolonialisme

Mengambil setting di era kolonial, film ini menggabungkan romansa dengan perjuangan, serta menggambarkan kompleksitas kehidupan pribumi yang terjepit di bawah sistem penindasan.

Kisah cinta antara Minke, seorang pemuda pribumi yang cerdas dan berani, dan Annelies, putri seorang Belanda, bukan hanya sekadar cerita asmara biasa.

Hubungan mereka menjadi simbol perlawanan terhadap struktur sosial yang timpang dan diskriminasi rasial yang berlaku saat itu.

Minke dan Annelies menghadapi berbagai tantangan dalam membangun cinta mereka, mulai dari prasangka sosial hingga diskriminasi ras.

Dalam konteks ini, cinta mereka bukan hanya soal perasaan pribadi, tetapi juga sebuah bentuk perlawanan terhadap kekuasaan dan ketidakadilan.

Bumi Manusia menyampaikan pesan bahwa cinta sejati tidak mengenal batasan ras atau status sosial, meskipun harus menghadapi kenyataan pahit di tengah belenggu kolonialisme.

Baca Juga: Bumi Manusia, Ketika Cinta Tumbuh Dari Dua Insan Berbeda Golongan

Karakter Nyai Ontosoroh: Perempuan Tangguh yang Melawan Ketidakadilan

Salah satu sorotan penting dalam film ini adalah karakter Nyai Ontosoroh, ibu Annelies, yang digambarkan sebagai perempuan tangguh yang berani melawan hukum kolonial demi melindungi keluarganya.

Kisahnya mencerminkan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi ketidakadilan.

Momen emosional terjadi saat Nyai Ontosoroh dan Minke menghadapi pengadilan kolonial, di mana mereka berjuang melawan sistem hukum yang timpang dan memihak pada pihak penjajah.

Adegan ini memperlihatkan esensi perjuangan untuk keadilan, meskipun berakhir dengan kenyataan pahit yang tak terhindarkan.

Nyai Ontosoroh menjadi figur penting yang mengingatkan kita tentang keberanian seorang perempuan dalam menghadapi penindasan, baik sebagai individu maupun sebagai ibu yang berjuang untuk anaknya.

Minke dan Annelies: Cinta yang Menguji Identitas

Cinta antara Minke dan Annelies juga menjadi simbol pergulatan batin antara identitas pribumi dan tanggung jawab terhadap bangsa.

Dalam cerita ini, Minke tidak hanya berjuang untuk mencintai Annelies, tetapi juga berjuang untuk mempertahankan integritas dan identitas pribuminya.

Kisah cinta mereka mengingatkan kita bahwa perjuangan melawan kolonialisme tidak hanya terjadi di medan perang, tetapi juga dalam perjuangan pribadi, di mana norma-norma kolonial yang kejam sering kali bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan cinta sejati.

Baca Juga: Sinopsis 'Dongju: The Portrait of a Poet (2018)' - Kisah Penyair Korea di Masa Kolonial

Pelajaran Sejarah dan Spirit Perjuangan

Bumi Manusia bukan hanya sebuah film, tetapi juga sebuah pengingat penting tentang perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan.

Kisah cinta Minke dan Annelies mencerminkan konflik besar dalam masyarakat yang diperintah oleh kolonialisme, di mana rakyat kecil harus melawan sistem yang menindas mereka.

Melalui latar belakang sejarah yang kuat, film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, memberikan pemahaman tentang ketidakadilan yang terjadi di masa lalu, serta pentingnya perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan.

Dengan narasi yang kuat dan visual yang mendalam, Bumi Manusia mengajak kita untuk merenung tentang masa lalu bangsa ini, menghargai perjuangan para pahlawan, dan mengingatkan kita untuk terus menjaga semangat perjuangan bagi keadilan.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Sastra Dan Budaya

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

“Bumi Manusia”: Romansa dalam Bayang Kolonialisme

Link berhasil disalin!