Senin, 29 APRIL 2024 • 10:30 WIB

Review Film 'Challengers', Cinta Segitiga yang Membara di Lapangan Tenis

Author

Challengers

INDOZONE.ID - Luca Guadagnino, sutradara yang terkenal dengan kemampuannya menghadirkan suasana musim panas yang sensual dalam film-film seperti A Bigger Splash dan Call Me By Your Name, kembali memikat penonton dengan Challengers.

Film ini bukan hanya menyajikan aksi tenis yang menegangkan, tetapi juga kisah cinta segitiga yang rumit antara Tashi Duncan (Zendaya), seorang mantan pemain tenis profesional yang kini menjadi pelatih ambisius, suaminya Art Donaldson (Mike Faist), seorang bintang tenis yang sedang berjuang, dan Patrick Zweig (Josh O'Connor), mantan sahabat sekaligus rival Art.

Review Film 'Challengers'

Siapkah kamu terjebak dalam jaring asmara dan ambisi di lapangan tenis? Simak ulasannya berikut ini.

Baca Juga: Review 'Kung Fu Panda 4', Ketika Po Hadapi Tantangan Baru Tanpa Furious Five

Trio Pemain Utama yang Memukau

Challengers

Challengers menghadirkan trio aktor muda berbakat yang sukses menghidupkan karakter kompleks dan penuh ambisi. Zendaya yang dikenal lewat perannya di Euphoria dan Spider-Man, tampil memikat sebagai Tashi Duncan. Ia mampu menunjukkan sisi tegas dan ambisius Tashi sebagai pelatih, namun juga sisi rapuh dan penuh cinta sebagai seorang istri.

Mike Faist, bintang Broadway yang melejit lewat West Side Story, juga memberikan penampilan luar biasa sebagai Art Donaldson. Ia berhasil menggambarkan transformasi Art dari atlet yang percaya diri menjadi sosok yang dipenuhi rasa insecure.

Tak ketinggalan, Josh O'Connor, yang dikenal lewat perannya sebagai Pangeran Charles di The Crown, memukau sebagai Patrick Zweig. Ia menampilkan sosok Patrick yang charming sekaligus licik dengan sempurna.

Ketiganya memiliki chemistry kuat, baik ketika menampilkan persahabatan masa kecil yang erat antara Art dan Patrick, maupun saat ketiganya terjebak dalam cinta segitiga yang penuh gairah dan konflik. Interaksi mereka terasa natural dan penuh emosi, membuat penonton terhanyut dalam dinamika hubungan mereka.

Teknik Bercerita Unik yang Bikin Penasaran

Challengers

Guadagnino tidak memilih jalan yang mudah dalam Challengers. Ia menggunakan gaya penceritaan non-linear yang melompat-lompat dari masa kini ke masa lalu, dan sebaliknya. Teknik ini awalnya mungkin terasa membingungkan, namun justru menambah ketegangan dan intrik dalam film.

Seiring berjalannya cerita, potongan-potongan puzzle masa lalu mulai terhubung, dan penonton diajak untuk memahami kompleksitas hubungan antara Tashi, Art, dan Patrick. Bagaimana mereka bertemu? Apa yang menyebabkan persahabatan mereka retak? Semua pertanyaan ini perlahan terjawab dan membuat penonton terpaku pada layar.

Sinematografi yang memukau karya Sayombhu Mukdeeprom semakin memperkuat daya tarik film ini. Ia menggunakan teknik-teknik menarik, seperti framing layaknya pertandingan tenis untuk menggambarkan adegan intim, sehingga menciptakan visual yang unik dan estetis.

Tak ketinggalan, scoring musik dari duo Trent Reznor dan Atticus Ross, yang dikenal lewat karya-karya mereka di film The Social Network dan Soul, menambah nuansa enerjik dan menegangkan pada Challengers.

Perpaduan antara teknik bercerita yang unik, sinematografi yang indah, dan scoring musik yang pas membuat Challengers menjadi sebuah film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga artistik dan penuh makna.

Baca Juga: Review ‘The Outfit’: Thriller Kriminal Mafia yang Menegangkan Hanya Berlatar di Toko Jahit Pakaian

Lebih dari Sekedar Pukulan Forehand dan Backhand

Challengers

Meskipun berlatar belakang dunia tenis profesional, Challengers bukanlah film olahraga biasa. Tenis di sini menjadi metafora untuk perjuangan hidup dan hubungan antar karakter. Lapangan tenis menjadi arena pertarungan, tidak hanya untuk meraih kemenangan, tetapi juga untuk cinta, pengakuan, dan pembuktian diri.

Ambisi membara dari ketiga karakter utama menjadi mesin penggerak cerita. Tashi, Art, dan Patrick sama-sama memiliki keinginan kuat untuk menjadi yang terbaik, dan ambisi ini memengaruhi setiap keputusan yang mereka ambil, baik di dalam maupun di luar lapangan. Persahabatan dan cinta menjadi taruhannya, dan pengkhianatan menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan.

Challengers juga mengeksplorasi tema-tema universal seperti cinta, kehilangan, dan pencarian jati diri. Tashi, Art, dan Patrick sama-sama berjuang untuk menemukan tempat mereka di dunia, baik sebagai individu maupun dalam hubungan dengan orang lain. Mereka mengalami rasa sakit, patah hati, dan kekecewaan, tetapi juga menemukan kekuatan dan keberanian untuk bangkit kembali.

Film ini mengajak kita untuk merenungkan arti kemenangan dan kekalahan, serta harga yang harus dibayar untuk mencapai impian.

Dengan perpaduan akting yang brilian, cerita yang menarik, sinematografi yang indah, dan musik yang enerjik, Challengers menjadi salah satu film terbaik tahun ini. Luca Guadagnino berhasil menciptakan sebuah drama yang tidak hanya menghibur, tetapi juga penuh makna dan membuat penonton merenung.

Bagi kamu yang mencari film dengan kisah cinta rumit, ambisi membara, dan visual memukau, Challengers adalah pilihan yang tepat. Siapkan diri untuk terhanyut dalam drama di dalam dan di luar lapangan tenis, dan saksikan bagaimana Tashi, Art, dan Patrick berjuang untuk meraih kemenangan dalam permainan cinta dan kehidupan. Challengers adalah film yang tidak boleh kamu lewatkan!

 


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Amatan