Ilustrasi lagu Genjer-genjer. (YouTube)
Lagu merupakan sebuah karya seni yang bisa memberikan keceriaan atau ketenangan bagi pendengarnya. Namun, tak semua genre lagu bisa dinikmati, karena terdapat pesan atau menyebabkan traumatis bagi pendengarnya.
Di Tanah Air, ada sebuah lagu yang dilarang untuk diputar. Lagu itu adalah Genjer-genjer, yang kerap dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah peristiwa G30S/PKI.
Padahal sebenarnya, Genjer-genjer adalah lagu rakyat. Namun karena propaganda politik, Genjer-genjer dianggap milik PKI yang memakai lagu itu kala menghabisi enam jenderal besar Indonesia.
Baca Juga: Kisah Chamim Badruzzaman, Saksi Hidup Penumpasan PKI di Tulungagung
Untuk mengetahui lebih dalam, Indozone akan jabarkan secara lengkap mengapa Genjer-genjer disebut lagu PKI
Dikutip Wikipedia, "Genjer-Genjer" adalah lagu populer berbahasa Osing yang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an.
Muhammad Arief adalah seorang seniman pemukul alat instrumen angklung. Menurut keterangan teman sebaya Arief, Genjer-genjer diangkat dari lagu dolanan yang berjudul “Tong Alak Gentak”. Lagu rakyat yang hidup di Banyuwangi itu, kemudian diberi syair baru.
Syair lagu "Genjer-Genjer" dimaksudkan sebagai sindiran atas masa pendudukan Jepang ke Indonesia. Pada saat itu, kondisi rakyat semakin sengsara dibanding sebelumnya.
Diberi judul Genjer-genjer karena menggambarkan penderitaan rakyat. Di mana ‘genjer’ (Limnocharis flava) tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa sebelumnya dikonsumsi itik, namun menjadi rakyat akibat tidak mampu membeli daging.
Dalam lagu ini, Arief mencoba untuk memanfaatkan fungsi Sastra Lisan, yaitu sebagai kritik sosial, menyindir penguasa, dan alat perjuangan.
Setelah Indonesia merdeka, lagu Genjer-genjer semakin populer dengan dibawakan sejumlah penyanyi dan disiarkan di radio-radio.
Penyanyi yang paling dikenal dalam membawakan lagu ini adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet. Saking terkenalnya bahkan kemudian muncul pengakuan dari Jawa Tengah, bahwa lagu "Genjer-Genjer" ciptaan Ki Narto Sabdo seorang dalang kondang.
Ini adalah awal mula Genjer-genjer dikaitkan dengan PKI. Di masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), PKI melancarkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas mereka.
PKI lantas memakai 'Genjer-genjer' sebagai propaganda, di mana lagu itu menggambarkan gerakan perjuangan rakyat. Karena sering dibawa dalam sejumlah kesempatan, 'Genjer-genjer' kemudian identik dengan PKI.
Setelah peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965, rezim Orde Baru yang anti-komunisme melarang disebarluaskannya lagu ini.
Pelarangan ini dikarenakan, adanya cerita yang menyebut anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan lagu ini ketika menculik dan menyiksa para jenderal sebelum dibunuh. Peristiwa ini digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan Arifin C. Noer.
Setelah berakhirnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu "Genjer-Genjer" secara formal telah berakhir.
Lagu ini mulai beredar secara bebas melalui media internet. Walaupun telah diperbolehkan, masih terjadi beberapa kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti sekelompok orang demo ke sebuah stasiun radio di Solo.
Baca Juga: Teganya PKI, Ganti Pakaian Adik RA Kartini dengan Goni Sebelum Diarak Keliling Kota
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér
Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér
Emake jebeng padha tuku nggawa welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-gnjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Sega sak piring sambel jeruk ring pelanca
Artikel menarik lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: