Stanton, yang juga terlibat dalam penulisan film-film Toy Story sebelumnya, menyatakan bahwa pekerjaan utama para mainan selalu adalah untuk hadir bagi anak-anak.
Namun, dalam Toy Story 5, pekerjaan ini menjadi jauh lebih sulit ketika mainan-mainan harus bersaing dengan apa yang membuat anak-anak sangat tertarik saat ini—elektronik.
Stanton menambahkan bahwa film ini akan mengeksplorasi bagaimana mainan tradisional seperti Woody dan Buzz menghadapi tantangan yang semakin besar dari ponsel, tablet, dan teknologi lainnya yang telah menguasai perhatian anak-anak.
Ini adalah tema yang sangat relevan, mengingat perubahan besar dalam cara anak-anak bermain dan berinteraksi dengan mainan.
Pixar tampaknya berusaha untuk menyampaikan pesan bahwa, meskipun dunia berubah, ada nilai-nilai yang tetap abadi, seperti persahabatan, loyalitas, dan pentingnya bermain.
Selain tema utama tentang pertarungan antara mainan dan teknologi, Toy Story 5 juga akan menghadirkan subplot yang membawa kembali kenangan akan momen-momen ikonik dari film-film sebelumnya.
Salah satu subplot tersebut melibatkan lebih dari 50 action figure Buzz Lightyear yang terjebak dalam "mode mainan".
Ini mengingatkan kita pada kekacauan yang terjadi ketika Buzz terjebak dalam "mode Spanyol" di Toy Story 3.
Dalam Toy Story 5, para Buzz Lightyear ini akan menimbulkan masalah besar bagi kelompok mainan lainnya, dan diprediksi akan menjadi sumber humor yang menyenangkan bagi penonton.
Baca Juga: Disney Umumkan Lanjutkan Film Animasi Frozen 3 dan Toy Story 5
Tema yang diangkat dalam Toy Story 5 tidak hanya relevan dalam konteks film, tetapi juga dalam kehidupan nyata.
Pada era digital seperti sekarang, mainan tradisional semakin terpinggirkan oleh gadget dan perangkat elektronik.
Anak-anak lebih tertarik pada game di ponsel atau tablet daripada bermain dengan mainan fisik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Metro.co.uk, Radiotimes.com