Insiden traumatis di masa kecilnya, di mana ia menyaksikan dampak kekerasan, semakin memperkuat tekadnya untuk tidak melukai orang lain. Meskipun banyak rekan-rekannya menganggapnya aneh dan bahkan mengejeknya, Doss tetap teguh pada prinsipnya.
Selama pelatihan dasar di Fort Jackson, Doss mengalami perlakuan buruk dari atasan dan rekan-rekannya. Ia menjadi sasaran kekerasan fisik dan psikologis yang bertujuan untuk memprovokasi emosinya. Doss mengalami pengucilan dari rekan-rekannya, yang menganggapnya aneh dan keras kepala karena penolakannya untuk memegang senjata.
Ia sering dibully dan bahkan dipukuli oleh sesama prajurit, yang menciptakan suasana yang sangat sulit baginya di kamp pelatihan. Namun, Doss memilih untuk tidak membalas dan tetap bersabar, bahkan ketika diminta untuk mundur dari pelatihan.
Keberaniannya untuk tidak melaporkan perlakuan buruk tersebut menunjukkan komitmennya terhadap prinsip non-kekerasan.
Penolakan Doss untuk mengangkat senjata juga membawanya ke mahkamah militer, di mana ia dituduh melanggar perintah. Ia sempat dipenjara karena dianggap tidak mengikuti perintah militer.
Doss bertugas di Batalyon ke-1, Resimen Infanteri ke-307, Divisi Infanteri ke-77. Doss bertugas sebagai paramedis dan menghadapi banyak tantangan, termasuk penolakan dan penghinaan dari rekan-rekannya yang menganggapnya pengecut.
Baca Juga: 'The 33', Kisah Nyata Penambang Terjebak di Bawah Tanah Selama 69 Hari, Berikut Sinopsisnya!
Meskipun demikian, ia tetap berkomitmen untuk menyelamatkan nyawa prajurit lain. Pada pertempuran di Okinawa, khususnya di lokasi yang dikenal sebagai Hacksaw Ridge, Doss menunjukkan keberanian luar biasa.
Dalam situasi yang sangat berbahaya, ia berulang kali kembali ke garis depan untuk mencari dan merawat tentara yang terluka, bahkan ketika pasukannya diperintahkan untuk mundur. Doss berdoa agar dapat menyelamatkan "satu nyawa lebih banyak" setiap kali ia berhasil membawa prajurit yang terluka ke tempat aman.
Dalam pertempuran ini, ia berhasil menyelamatkan sekitar 75 tentara, termasuk rekan-rekannya dari unit yang sebelumnya mengucilkannya. Keberaniannya dan dedikasinya membuatnya dihormati oleh mereka yang awalnya meragukannya.
Atas pengabdiannya, Desmond Doss dianugerahi Medal of Honor oleh Presiden Harry S. Truman, menjadikannya sebagai orang pertama dalam sejarah AS yang menerima penghargaan tersebut tanpa pernah menembakkan senjata. Ia juga menerima dua Bronze Star atas keberaniannya di medan perang.
Baca Juga: Sinopsis Northern Limit Line: Diangkat dari Kisah Nyata Pertempuran dengan Korea Utara
Meskipun mengalami luka parah selama perang dan menderita tuberkulosis setelahnya, Doss tetap menjadi simbol keberanian dan integritas moral. Setelah Perang Dunia II berakhir, Desmond Doss kembali ke kehidupan sipil dan kontinuasi pelayanannya kepada Tuhan.
Meskipun telah menjadi pahlawan dengan menerima Medal of Honor, Doss tetap menjalankan prinsip-prinsip agamanya dengan teguh. Setelah perang, ia tidak langsung menukar identitasnya sebagai seorang Kristen yang taat; malah, ia terus aktif dalam gereja dan masyarakat lokal. Ia meninggal pada 23 Maret 2006 dan dimakamkan dengan hormat di Makam Nasional Chattanooga, Tennessee.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Journal Of Emergency Medicine