Meski dibuat lebih ringan dan komedi dibanding versi aslinya, YOLO tetap berhasil mempertahankan elemen inti cerita dan menambah beberapa detail yang terasa pas.
Sama seperti di Hi, Mom, Jia Ling tahu cara menggambarkan betapa kompleksnya hubungan keluarga. Keluarga bisa jadi tempat kamu dapat dukungan, tapi sekaligus juga bisa jadi sumber luka.
Bagian ini juga jadi salah satu pembeda dari versi aslinya. Masalah obesitas Leying juga jadi tambahan cerita yang bikin konfliknya makin kuat.
Akting Jia Ling sebagai Leying sangat menyentuh. Ia berhasil menggambarkan karakter canggung. Namun, ia akhirnya mampu membuktikan bisa melakukan sesuatu yang hebat.
YOLO sebenarnya menyajikan cerita tentang perjuangan yang penuh inspirasi. Film ini tidak fokus pada kisah cinta klise, tapi lebih menonjolkan kesuksesan Leying.
Namun, film ini punya beberapa kekurangan. Ada cerita soal sepupu Leying dan acara reality show mencari kerja yang terasa tidak perlu. Isu soal pelecehan seksual di tempat kerja juga cuma disinggung sekilas. Padahal, di versi Jepang-nya cukup punya bobot.
Pesan utama film ini adalah perjuangan memperbaiki diri, baik fisik maupun mental, agar bisa lebih menghargai diri sendiri.
Jadi, buat yang butuh kisah inspiratif tentang mencintai diri sendiri, YOLO adalah rekomendasi film China di Netflix yang pas.
Itulah sinopsis dan review film YOLO. Buat yang sudah nonton, gimana pendapatmu buat kisah ini?
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Asian Movie Pulse