Dari situ, kehancuran, keheningan, dan air mata mulai datang. Bukan karena benci, tapi karena perbedaan yang terlalu dalam soal apa yang mereka yakini.
Ego mereka kalah oleh kenyataan yang harus dihadapi. Sakit? Banget. Tapi kisah ini jadi pengingat bahwa cinta kadang kalah oleh keyakinan dan kenyataan.
Yuk, kita ulik sedikit liriknya:
“Suatu malam Adam bercerita, hawanya tak lagi di jalur yang sama…”
Di sini, langsung tersirat bahwa kisah cinta mereka sudah nggak sejalan. “Adam” diibaratkan sebagai figur laki-laki yang merasa bahwa perjalanannya dengan sang kekasih sudah beda arah.
“Bacaan dan doa yang mulai berbeda, ego dan air mata kita bicara.”
Ini deep banget. Lirik ini menggambarkan bahwa perbedaan agama atau keyakinan bukan cuma soal bacaan doa, tapi menyentuh ranah yang sangat personal yaitu identitas diri.
“Berdamai dengan apa yang terjadi, kunci dari semua masalah ini.”
Lirik ini semacam pelukan hangat di tengah badai. Nggak semua hal bisa diselesaikan dengan ngotot. Kadang, berdamai dan ikhlas adalah solusi yang paling manusiawi.
“Cerita kita sulit diterka, tak lagi sama arah kiblatnya.”
Lirik ini nggak cuma puitis, tapi langsung mengarah pada kenyataan yang sering nggak bisa dihindari.
Arah kiblat yang berbeda jadi simbol paling kuat soal perpisahan karena perbedaan keyakinan atau perbedaan tujuan.
Lagu Mangu - Fourtwnty feat Charita Utamy
Suatu malam adam bercerita
Hawanya tak lagi di jalur yang sama
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube, Instagram