Sutradara Joko Anwar menyebutkan bila Indonesia memiliki banyak sekali kisah horor yang bisa menjadi daya tarik sebagai salah satu soft-power pop culture yang bisa dikembangkan.
Hal itu ia sebutkan saat berbicara di hadapan wartawan saat merilis pengumuman 'Pengabdi Setan 2' yang kini bisa dinikmati dalam teknologi IMAX. Dengan menggarap semua kisah horor dan karakter, tentunya Indonesia nanti memiliki pop culture yang khas.
"Horor adalah kekuatan soft power kita. Horor adalah sesuatu yang kita miliki di Indonesia. Negara lain punya pop culture yang banyak. Mereka punya membuat asessment dari apa yang mereka punya. Ada yang menggunakan boyband sebagai kekuatan pop culture mereka lalu diekspor,," cerita Joko Anwar di Studio IMAX Gandaraia City, Senin (25/7/2022).
Joko juga menyebutkan bila Indonesia sebagai negara yang terdiri dari banyak sekali kultur. Dimana setiap kultur ini membawa mitologi folklore cerita horornya masing-masing yang jumlahnya puluhan yang bisa dikembangkan.
"Karakter horor kita itu puluhan jumlahnya. Terakhir saya membuat invetarisasi untuk sebuah project, itu jumlahnya lebih dari 50 karakter horor. Jadi kita punya lebih dari 50 setan, teman-teman," kata Joko.
Ia juga menyebutkan bila kekuatan itu bisa dikembangkan lewat wadah film yang akhirnya bisa diekspor. Hal itulah yang menjadi misi terbesar Joko Anwar.
"Ini adalah kekuatan kita, kalau dikembangkan dengan baik bisa menjadi sesuatu yang bisa kita ekspor. Kalau dikembangkan dengan baik ini bisa jadi kekuatan soft-power kita," kata Joko.
"Inilah misi kami, kita bisa menjadikan horor menjadi kekuatan kita. Film adalah wadah untuk bisa kita jadikan showcase untuk kita jual kepustakaan horor kita. Kepustakaan karakter horor kita," tambahnya.
Salah satu misi untuk membuat horor Indonesia mengangkasa dan siap diekpsor adalah menggarap 'Pengabdi Setan 2: Communion' sebaik-baiknya, termasuk membuatnya bisa dinikmati dalam bentuk IMAX.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: