Senin, 03 JUNI 2024 • 19:20 WIB

Mengenal Akira Ifukube, Komposer Asli Soundtrack dan Raungan Godzilla yang Fenomenal

Author

Godzilla Minus One.

INDOZONE.ID - Buat kalian pelanggan Netflix dan kebetulan suka banget sama Godzilla, kalian sekarang bisa berbahagia karena film Godzilla Minus One kini sudah dirilis di Netflix.

Di film ini, kita akan mengenal kembali asal mula sang kadal raksasa dari Jepang ini. Tapi, alur cerita dari Godzilla Minus One merupakan reboot dari film Godzilla yang dirilis pada tahun 1954.

Adapun alur ceritanya mengadaptasi cerita originalnya dengan menambahkan sejumlah karakter dan elemen baru di dalamnya.

Ada satu aspek lain dari film original Godzilla yang digunakan kembali dalam film Godzilla Minus One, yakni soundtrack-nya. Dalam film ini, Naoki Sato menjadi komposer musiknya.

Ia dikenal dari karyanya dalam serial anime Pretty Cure, Eureka Seven, Blood-C, dan lain-lain.

Komposer Naoki Sato.

Sebagai bentuk penghormatan kepada komposer aslinya, Naoki juga memasukkan soundtrack asli dari film originalnya.

Baca Juga: Mengenal Scar King, Villain terkuat di seri 'Godzilla X Kong: The New Empire'

Ngomong-ngomong soal soundtrack original, siapakah komposer asli dari film Godzilla? Penasaran seperti apa? Berikut pembahasannya.

Akira Ifukube, Komposer Asli Dibalik Soundtrack dan Raungan Godzilla

Namanya adalah Akira Ifukube, seorang komposer musik asal Kushiro, Hokkaido, Jepang kelahiran 31 Mei 1914. Ia adalah anak ketiga dari seorang Polisi bernama Toshimitsu Ifukube.

Inspirasinya dalam bermusik berasal dari musik tradisional Ainu, yang sering dijumpai di wilayah Jepang bagian utara.

Akira menyukai musik ini sejak umur 9 tahun. Saat itu, Ia menghabiskan masa kecilnya di Otofuke, Tokachi, Hokkaido.

Saat memasuki bangku SMP, Akira dan keluarganya pindah ke wilayah Sapporo, Tokyo. Semenjak itu, Akira mulai mendengarkan musik-musik klasik.

Sampai di usianya yang ke-14, Akira mulai bercita-cita menjadi seorang komposer musik usai mendengarkan "The Rite of Spring" karya Igor Stravinsky dan lagu karya Manuel de Falla.

Akira melanjutkan studinya di Hokkaido Imperial University jurusan Teknik Kehutanan. Di masa senggangnya, Akira mulai menggubah musiknya sendiri.

Sampai akhirnya di tahun 1933, Akira menciptakan karya perdananya yang diberi nama "Piano Suite". Menurutnya, lagu tersebut Ia persembahkan kepada seorang musisi legendaris AS bernama George Copeland, yang kebetulan saat itu sedang menetap di Spanyol.

Salah satu teman kampus Akira yang bernama Atsushi Miura, dengan beraninya mengirim surat kepada George Copeland dan menyampaikan lagu buatan Akira kepadanya. Tanpa disangka-sangka, George Copeland mengirim surat balasan kepada Miura.

George merasa senang karena karyanya menjadi inspirasi bagi penggemarnya. Dan di akhir suratnya, George meminta Miura untuk mengirimkan lagu Akira kepadanya.

Akira dan Miura turut senang dengan surat balasan dari George. Sebagai balasannya, mereka berdua mengirimkan rekaman lagu "Piano Suite" kepada George. Sayangnya, tidak ada balasan lanjutan dari George setelahnya.

Akira Ifukube di tahun 1960-an.

Di tahun 1935, Akira menciptakan lagu orkestra perdananya yang diberi judul "Japanese Rhapsody".

Ini adalah karya yang membuat nama Akira naik di kancah musik, pasalnya lagu tersebut sukses memenangkan kompetisi musik di Jepang yang disponsori oleh komposer musik asal Rusia yang bernama Alexander Tcherepnin.

Dalam kompetisi tersebut, yang menjadi jurinya adalah para komposer musik ternama dari negara barat, antara lain Albert Roussel, Jacques Ibert, Arthur Honegger, Alexandre Tansman, Tibor Harsanyi, Pierre-Octave Ferroud dan Henri Gil-Marchex.

"Japanese Rhapsody" ditampilkan untuk pertama kalinya dalam festival musik di Venesia, Italia pada akhir era 1930-an, bersamaan dengan "Piano Suite" yang diputar di beberapa acara musik di Eropa.

Usai lulus kuliah, Akira sempat bekerja di bidang kehutanan. Saat itu, Ia bekerja di wilayah Akkeshi, Hokkaido.

Sayangnya, Akira harus terpapar radiasi sinar X akibat pekerjaannya ini. Semenjak itu, Akira mulai berfokus mengejar cita-citanya menjadi seorang komposer musik.

Selain menjadi seorang komposer, Akira juga mengajar sebagai dosen di Universitas Seni Tokyo. Kemudian di tahun 1947, Akira memulai debutnya sebagai komposer musik dalam film.

Kala itu, Ia menjadi komposer untuk film Snow Trail. Selama beberapa tahun ke depan, Akira dipercaya sebagai komposer musik untuk film-film drama Jepang.

Poster Film Godzilla tahun 1954.

Sampai di tahun 1954, nama Akira Ifukube menjadi populer usai terpilih sebagai komposer musik untuk soundtrack film Godzilla. Tidak hanya menggubah soundtrack-nya saja, tapi juga menjadi orang yang menciptakan suara raungan si kadal raksasa.

Dalam proses pembuatannya, Akira menggunakan sepasang sarung tangan kulit yang dibalut dengan resin, kemudian Ia menggosokkan kedua sarung tangan itu. Suara gesekan sarung tangan tersebut dipadukan dengan alunan bass betot yang senarnya sengaja dilonggarkan.

Akira juga menjadi orang yang membuat efek suara langkah Godzilla dengan cara memukul kotak amplifier. Selain Godzilla, Akira juga mengisi posisi komposer musik untuk film-film monster Jepang lainnya, sebut saja Varan The Unbelievable, Dogora, Frankenstein vs Baragon, dan lain-lain.

Tidak hanya merilis sejumlah karya original, Akira juga pernah mencoba melakukan daur ulang pada beberapa karyanya, di antaranya digunakan dalam pentas ballet bertajuk "Shaka" di tahun 1953. Kemudian pada film Buddha rilisan tahun 1961 dan musikalisasi ode berjudul "Gotama the Buddha" di tahun 1988.

Karier Akira sebagai dosen di Universitas Seni Tokyo turut mengalami kenaikan bersamaan dengan melejitnya karier Akira sebagai komposer musik. Ia sempat menjabat sebagai Kepala Kampus di sana, sebelum akhirnya pensiun pada tahun 1987.

Baca Juga: Mengenal Haruo Nakajima, Sang Aktor Pertama di Balik Kostum Godzilla

Di antara sekian banyak muridnya, beberapa di antaranya ada yang meneruskan perjuangan Akira sebagai komposer musik, antara lain Toshiro Mayuzumi, Yasushi Akutagawa, Akio Yashiro, Teizo Matsumura, Sei Ikeno, Minoru Miki, Maki Ishii, Riichiro Manabe sampai Kaoru Wada.

Sejak film perdananya, Akira terus dipercaya sebagai komposer musik tetap untuk franchise film Godzilla. Ia terakhir kali mengisi posisi komposer musik di tahun 2004 pada film Godzilla: Final Wars.

Pada 8 Februari 2006, Akira meninggal dunia usai mengalami disfungsi pada beberapa organ tubuhnya. Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Meguro-ku, Tokyo pada usia 91 tahun. Jasadnya dimakamkan di Kuil Ube, Tottori.

Sebelum meninggal, Akira sempat menggubah soundtrack untuk film Tetsujin 28-go: Hakuchu no Zangetsu, yang dirilis pada tahun 2007.

Untuk gubahan soundtrack original dari film Godzilla buatannya, musik tersebut kembali digunakan di film Shin Godzilla, Godzilla King of the Monsters versi tahun 2019, dan yang terbaru adalah Godzilla Minus One.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Crators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: