Film Indonesia Jangan Terpaku Satu Genre, Sutradara Danial Rifki Harap Sinemaker Bisa Eksplore Tema Variatif
INDOZONE.ID - Seolah menjadi ciri khas, perfilman Indonesia saat ini didominasi oleh tiga genre saja: horor, drama dan komedi. Namun, satu hal yang pasti, genre horor paling yang sering muncul di agenda bioskop nasional
Termasuk di tahun 2025 ini banyak film-film horor yang tayang di bioskop. Beberapa akhirnya menjadi mesin peraup cuan dengan pendapatan, sehingga jadi alasan produsen untuk membuat film-film serupa dan membuat orang jenuh.
Terkadang bukan hanya penonton saja yang jenuh, tapi sutradara atau penulis naskah juga jenuh kalau ditawarin genre yang sama, apalagi premis dan ceritanya tak jauh berbeda antara film satu dengan film lainnya.
Salah satunya adalah sutradara Danial Rifki, sosok di balik film 'La Tahzan', 'Rumah Masa Depan' dan 'Rencana Besar' mengaku banyak filmmaker yang tertarik mengeksplor genre lain agar lebih variatif. Namun kembali lagi ke industrinya yang memang nyari untung.
Baca Juga: Usung Genre Horror Heist, Film “Gundik” Suguhkan Sinematik Unik
"Horor setan memang masih mayoritas, tapi optimisnya adalah, filmmaker kita juga masih semangat untuk explore genre lain, walaupun agak minoritas memang. Tapi begitulah industri. Yang laku akan diulang terus sampai konsumen bosen, baru akan ada inovasi. Inovasi baru bisa gagal bisa sukses. Yang sukses diulang, diduplikasi terus menerus, sampai titik bosannya lagi," kata Danial Rifki saat dihubungi Indozone beberapa waktu lalu.
Ia sendiri memang sangat selektif untuk memilih genre yang umum. Danial sendikri tertarik dengan genre thriller, misteri, atau cerita detektif.
"Saya beberapa kali mendapat tawaran horor. Seingat saya, dimulai sekitar 2018. Kenapa ya? Saya coba ingat-ingat. Mungkin karena sukses Pengabdi Setan? Sehingga saat itu horor Indonesia naik kelas. Tapi sayangnya, horor yang datang ke saya, (menurut saya) ceritanya kurang kuat."
"Mungkin dari sayanya sendiri merasa tidak memiliki 'sense of horror' yang kuat. Sehingga merasa tidak bisa 'memperbaiki cerita' apabila dia datang setengah matang. Saya merasa, sense saya lebih ke thriller, mystery, atau detective story," tambahnya.
Ketertarikannya pun membuahkan hasil dan membuat dirinya beberapa kali dipercaya menggarap film thriller misteri atau penyelidikan. Salah satunya 'Rencana Besar', serial yang diadaptasi dari novel kriminal di Indonesia.
Baca Juga: Rekomendasi Film Horor di Prime Video
"Ketika genre noir ini saya ungkapkan ke produser mereka setuju untuk mencoba membuatnya. Dimulai dengan 'The Invisible Guest' (masih tunggu tanggal tayangnya) yang menjadi Original Film nya HBO, dilanjutkan series 'Rahasia Meede' untuk platform yang sama. Dan nantinya, untuk bioskop (yang semoga tayang tahun ini), saya coba menyelipkan sedkit 'horor' pada detective story," kata Danial yang membocorkan signal film 'Dendam Malam Kelam'.
Salah satu sarana yang bisa mewujudkan genre yang lebih variatif tersebut adalah platform streaming. Penonton bisa menyajikan serial thriller kriminal hingga fiksi ilmiah atau sains fiction, seperti serial 'Rencana Besar' atau 'Nightmares & Daydreams', 'Zona Merah' atau action seperti The Big Four' atau The SHadow Strays' di platform tersebut.
"Hal-hal yang mungkin tadinya sensitif sebagai isue di layar lebar, atau dikhawatirkan 'tidak laku' di layar lebar, bisa dengan mudah di explore di OTT," kata Danial.
"Saya sendiri pernah membuat Rencana Besar, adaptasi novel Mas Tsugaeda, kami kembangkan menjadi Political Thriller, yang mungkin sensitif sekali kalau direlease di layar lebar. Tapi OTT terbuka untuk itu," katanya.
Variasi genre film di Indonesia sangat penting untuk mendorong perkembangan industri perfilman yang lebih dinamis dan berdaya saing tinggi. Dominasi genre tertentu, seperti horor atau drama percintaan, memang menunjukkan minat pasar, namun keberagaman genre seperti fiksi ilmiah, musikal, animasi, thriller psikologis, atau film sejarah dapat memperluas cakrawala kreatif sineas dan menarik penonton yang lebih beragam.
Dengan menghadirkan lebih banyak variasi genre, perfilman Indonesia tidak hanya akan memperkaya khazanah budaya visual, tetapi juga membuka peluang lebih luas bagi eksplorasi cerita, gaya sinematik, dan pencapaian artistik yang mampu bersaing di kancah internasional.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara