Rabu, 09 APRIL 2025 • 18:10 WIB

Review 'Pabrik Gula': Film yang Mengajarkan Hukum Tabur Tuai dengan Balutan Mistis

Author

Pabrik Gula, film Indonesia terbaru April 2025 di bioskop (IMDb)

INDOZONE.ID - Film terbaru bioskop yang tayang sejak Lebaran 2025 berjudul Pabrik Gula ini, dirilis dalam versi jam kuning (17 tahun ke atas) dan jam merah (21 tahun ke atas).

Hal tersebut membuat masyarakat terkenang pada dua versi film KKN di Desa Penari tiga tahun silam.

Pabrik Gula yang dibintangi Arbani Yasiz, Ersya Aurelia, dan Erika Carlina, film ini juga hadir dalam format 4DX dan IMAX. Ini memungkinkannya menemui lebih banyak penonton.

Yap, benar saja, baru hari pertama film tersebut ditayangkan, Pabrik Gula meraup lebih dari 203 ribu penonton.

Baca Juga: Sukses Gelar Pemutaran di AS, Film Pabrik Gula Siap Tayang di Bioskop Indonesia dengan Format IMAX dan 4DX!

Pencapaian ini menempatkannya sebagai film Indonesia dengan jumlah penonton hari pertama terbanyak pada 2025. 

Selain itu, dalam waktu 3,5 hari, film Pabrik Gula tembus satu juta penonton. Jumlah layar dan pertunjukan pun ikut bertambah.

Lantas, Pabrik Gula ini dinilai memiliki kemiripan yang sama dengan KKN di Desa Penari. Benarkah? Simak selengkapnya review film Pabrik Gula.

Review Film Pabrik Gula

Review film

Diambil dari Budaya Leluhur

Pada pengenalan pertama dari film Pabrik Gula yaitu penonton akan diajak untuk mengenal lebih dekat dengan tradisi leluhur yang masih dipertahankan secara turun-temurun di lingkungan Pabrik Gula, terutama ritual-ritual yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan makhluk halus.

Film Pabrik Gula yang berlatar tahun 2003 ini menggambarkan kehidupan masyarakat yang masih sangat tradisional dan jauh dari pengaruh teknologi modern, karena lokasinya yang terpencil dari kota besar.

Penulis skenario Lele Laila berhasil membawa penonton kembali ke masa lalu untuk menyaksikan cerita di Pabrik Gula, termasuk aspek-aspek yang jarang terungkap.

Masa lampau itu digambarkan dengan jelas melalui properti dan adegan, seperti komputer dengan monitor tabung dan minimnya penggunaan gadget.

Namun, yang menarik perhatian adalah karakter Ningsih yang diperankan oleh Erika Carlina, yang tampil dengan gaya yang cukup modern dibandingkan dengan karakter lainnya, sehingga menimbulkan kontras yang menarik dalam latar tahun 2003.

Kondisi Pabrik yang Mencekam dan Menegangkan

Sutradara Awi Suryadi tampaknya memilih untuk tidak menampilkan adegan kekerasan yang berlebihan, tetapi ia berhasil menciptakan suasana yang mencekam dan menegangkan melalui penggunaan jumpscare yang tidak terduga.

Namun, terlalu banyak jumpscare juga membuat geram para penonton karena dianggap berlebihan. 

Salah satu contohnya adalah saat adegan Fadhil sedang menunaikan ibadah salat, yang membuat penonton merasa tidak nyaman.

Selain itu, film Pabrik Gula juga dapat diapresiasi dari penggunaan angle kamera dan transisi yang mulus, yang membuat penonton merasa nyaman dan terhibur saat menonton film tersebut.

Kedua aspek ini menjadi penunjang utama dalam menciptakan pengalaman menonton yang menyenangkan.

Ada Komedinya yang Buat Film Bergenre Horor Ini Tidak Terlalu Tegang

MD Pictures tampaknya memilih untuk memainkan strategi yang aman dalam memproduksi film Pabrik Gula, dengan menggunakan resep yang serupa dengan KKN di Desa Penari (2022), film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Kesamaan antara kedua film ini dapat dilihat dari beberapa elemen, seperti kedatangan sekelompok orang ke lingkungan baru, perbuatan asusila yang dilakukan oleh karakter, dan pencurian benda keramat.

Strategi ini mungkin diharapkan dapat menarik perhatian penonton yang telah menikmati film sebelumnya.

Walaupun film Pabrik Gula terkesan membosankan dan tidak keluar dari zona nyaman, namun film ini dapat memberikan angin segar untuk genre horor di Indonesia dengan tidak mengandalkan adegan sadis untuk membuat penonton merasa takut.

Kehadiran Rano dan Karno yang diperankan oleh Yono Bakrie dan Sadana Agung mampu menambahkan bumbu humor yang membuat film ini nikmat untuk ditonton saat momen Lebaran 2025.

Humor yang ditampilkan berhasil membuat penonton tertawa di tengah kengerian teror para demit, sehingga menciptakan pengalaman menonton yang lebih menyenangkan.

Di antara para buruh, Franky dan Karno yang diperankan oleh Benidictus Siregar dan Sadana Agung berhasil membuat penonton terhibur dengan aksi jenaka mereka.

Salah satu adegan yang menarik untuk ditunggu adalah saat mereka bertemu dengan hantu yang selalu menghadap ke belakang, yang tentunya akan menambah keseruan dan humor dalam film ini.

Adegan Panas yang Dibagi dalam Dua Versi (17 Tahun dan 21 Tahun)

Pembagian porsi antara versi Jam Kuning dan Jam Merah dalam film Pabrik Gula ini masih kurang tepat.

Adegan panas yang ditampilkan dalam versi Jam Kuning mungkin tidak perlu ada, dan lebih cocok kalau hanya ditampilkan dalam versi Jam Merah saja.

Apalagi adegan itu cukup lama dan bisa menimbulkan situasi canggung bagi penonton yang datang bersama keluarga.

Pembagian yang lebih tegas antara kedua versi akan membuat penonton lebih nyaman dan sesuai dengan target usia masing-masing.

Lagipula, pembagian versi dalam film ini juga bedanya tipis, dan keduanya sama-sama ada adegan panas, walaupun yang versi 17 tahun durasinya tidak sampai satu menit dibandingkan dengan versi 21 tahun.

Mengajarkan Penonton Tentang Hukum Tabur Tuai

Film Pabrik Gula mengajarkan nilai penting tentang hukum tabur tuai, yang menyatakan bahwa setiap perbuatan baik atau buruk akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan perbuatan awalnya.

Nilai ini menjadi tema utama dalam film ini. Selain itu, film Pabrik Gula juga memberikan pesan kepada penonton untuk memiliki adab yang baik saat datang ke tempat baru, terutama jika tempat itu memiliki sejarah dan penghuni yang tidak diketahui.

Pesan ini serupa dengan yang disampaikan dalam film KKN di Desa Penari, yang juga menekankan pentingnya menghormati tempat dan masyarakat sekitar.

Juru Kunci di Pabrik Gula

Karakter Mbah Samin dan Mbah Jinah yang diperankan oleh Budi Ros dan Dewi Pakis menjadi salah satu daya tarik dalam film Pabrik Gula.

Dua juru sakti ini memberikan kesan yang unik dan menarik, terutama ketika mereka terlibat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di Pabrik Gula.

Kehadiran mereka menambah dimensi mistis dan menarik dalam film, membuat penonton tidak gampang bosan dan ikut terlibat dalam cerita.

Karakter Mbah Samin dan Mbah Jinah yang diperankan oleh Budi Ros dan Dewi Pakis tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi memainkan peran penting dalam mengendalikan alur cerita film Pabrik Gula.

Akting mereka sangat luar biasa dan patut diapresiasi, menunjukkan pengalaman dan kemampuan mereka sebagai aktor senior.

Mereka berhasil membawa karakter-karakter tersebut menjadi hidup dan memberikan kontribusi signifikan pada keseluruhan cerita film.

Baca Juga: Kemeriahan Gala Premier Film 'Pabrik Gula', Pesta Rakyat yang Meriah Jelang Lebaran

Kekurangan Film Pabrik Gula

Beberapa kekurangan secara keseluruhan tentang film Pabrik Gula yakni sebagai berikut:

  1. Kurangnya pengembangan karakter: Beberapa karakter mungkin tidak dikembangkan secara maksimal, sehingga penonton kurang dapat memahami motivasi dan latar belakang mereka.
  2. Plot yang gampang ketebak: Cerita film Pabrik Gula memiliki kesamaan dengan film horor KKN di Desa Penari, sehingga mungkin terasa kurang orisinal dan ceritanya dianggap sama, yang membedakan hanya lokasi dan pelaku yang melanggar tempat sakral di film tersebut.
  3. Terlalu banyak jumpscare: Walaupun film ini mencekam dan menegangkan, namun banyak jumpscare yang mengagetkan penonton, membuat penonton merasa kurang nyaman, karena seharusnya adegan yang mengagetkan itu tidak memunculkan sosok menyeramkan, hanya membuat penonton kaget saja.
  4. Kurangnya penjelasan tentang latar belakang: Latar belakang dan sejarah Pabrik Gula mungkin tidak dijelaskan secara detail, sehingga penonton kurang bisa memahami konteks cerita yang disajikan.
  5. Pembagian porsi antara versi Jam Kuning dan Jam Merah yang kurang tepat: Adegan panas yang ditampilkan dalam versi Jam Kuning mungkin tidak perlu ada, dan lebih cocok jika hanya ditampilkan dalam versi Jam Merah saja.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Review Penulis