Korea Utara Rilis Lagu "Friendly Father", Berisi Pujian untuk Kim Jong Un

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

INDOZONE.ID - Korea Utara merilis lagu baru yang diberi judul "Friendly Father", untuk memuji pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Lagu tersebut berisi pujian-pujian untuk Kim Jong Un, karena telah menjadi ayah yang ramah dan pemimpin hebat untuk masyarakat Korea Utara.

Video musik "Friendly Father" ditayangkan di Korean Central Television yang dikontrol oleh pemerintah pada Rabu (17/4/2024).

Video musik tersebut menampilkan warga Korea Utara dari berbagai latar belakang, mulai dari anak-anak, tentara, hingga staf medis, yang dengan penuh semangat menyanyikan lirik dari lagu tersebut.

Baca Juga: Lagu Wajib Indonesia Ternyata Pernah Dinyanyikan Anak-anak SD di Korea Utara

"Ayo bernyanyi, Kim Jong Un pemimpin besar," isi lirik lagu tersebut, seperti dilansir Reuters, Minggu (21/4/2024).

"Mari kita pamer tentang Kim Jong Un, seorang ayah yang ramah," bunyi lagu tersebut.

Tak hanya itu, pertunjukan langsung dari lagu tersebut diiringi orkestra dan ditonton oleh Kim Jong Un, juga disiarkan di televisi pemerintah sebagai bagian dari upacara menandai selesainya pembangunan 10.000 rumah baru.

Perilisan lagu "Friendly Father" ini terjadi pada saat media pemerintah Korea Utara baru-baru ini mengganti nama yang digunakan untuk hari libur umum, sehingga memicu spekulasi bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat posisi Kim Jong Un.

Baca Juga: Ternyata Korea Utara Juga Punya Girl Group Seperti SNSD, Tapi Disuruh Nyanyi Lagu Partai

Alih-alih menyebut hari libur umum tahunan yang merayakan kelahiran pendiri negara Kim Il Sung sebagai "Hari Matahari", media pemerintah mulai menyebutnya sebagai "hari libur April" yang lebih netral.

Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Korea Selatan menyebut, perubahan tersebut mungkin merupakan bagian dari upaya Kim Jong Un untuk berdiri sendiri, tanpa bergantung pada pendahulunya.

Seperti yang diketahui, dinasti keluarga Kim yang memerintah Korea Utara sejak didirikan setelah Perang Dunia II, berupaya memperkuat cengkraman mereka pada kekuasaan dengan membangun kultus kepribadian di sekitar mereka.