Ide ini muncul setelah ia melihat sepupunya, Mui (Tontawan Tantivejakul), yang berhasil menjadi pewaris tunggal karena merawat kakek mereka sendirian. Termotivasi, M bertekad untuk menemani neneknya setiap hari demi mencapai tujuannya.
Neneknya, yang menyadari motif tersembunyi M, menduga bahwa tindakan cucunya tidak tulus.
Namun, karena M dengan manis mengatakan ingin membalas budi kepada neneknya yang telah merawatnya sejak kecil, neneknya luluh dan mengizinkannya tinggal bersama.
Setiap hari, M membantu neneknya berjualan, mengantar ke rumah sakit untuk kemoterapi, dan bahkan memandikannya di rumah. Rutinitas ini terus dilakukan hingga akhirnya menyentuh kesadaran M.
Dari situ, M mulai memahami masalah-masalah dalam keluarganya yang sebelumnya tidak ia pedulikan.
M yang sempat menanyakan apakah neneknya selama ini kesepian dengan keadaan yang membuatnya menjadi seperti tidak mempunyai siapa-siapa.
Dalam cerita ini, siksa kubur merupakan keyakinan dalam agama Islam bahwa seseorang yang tidak menjalankan ajaran agama akan dihukum di alam kubur setelah kematiannya.
Namun, setelah mengalami sebuah peristiwa, Sita hanya memiliki satu tujuan, yaitu membuktikan bahwa agama adalah sesuatu yang tidak nyata.
Sita pun mulai mencari seseorang yang menurutnya paling berdosa dan menunggu hingga orang tersebut meninggal dunia.
Setelah orang tersebut meninggal, Sita masuk ke dalam makamnya untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan orang-orang tentang siksa kubur dan agama hanyalah kebohongan belaka.
Sita nekat ingin melihat sendiri peristiwa penyiksaan di kubur bagi mereka yang berdosa, hingga akhirnya dia dianggap sebagai penghujat agama dan dianggap tidak waras.
Baca Juga: Daftar Film Marvel yang Akan Datang dan Tak Boleh Kamu Lewatkan: Pertempuran Epik dan Heroik!
Namun, setelah tindakan nekatnya itu, Sita harus menghadapi hal-hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya, menanggung semua konsekuensi dari perbuatannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: X @TarizSolis