Kamis, 21 NOVEMBER 2024 • 20:30 WIB

Kilas Balik Film "Sang Kiai": Mengupas Perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari Melawan Penjajahan Jepang

Author

Film 'Sang Kiai'. (Istimewa)

INDOZONE.ID - Film Sang Kiai merupakan sebuah karya sinematik yang berhasil mengangkat kisah perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan melalui sudut pandang seorang tokoh besar yaitu K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Film Sang Kiai yang disutradarai oleh Rako Prijanto dan diproduksi oleh Rapi Film ini menggabungkan sebuah elemen sejarah, agama, dan nasionalisme yang dikemas dengan penuh makna dan emosi.

Dengan latar belakang pada masa penjajahan Jepang, Sang Kiai tidak hanya menghadirkan drama personal sang ulama, tetapi juga menggambarkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Jepang.

Kependudukan Jepang di Indonesia

Film Sang Kiai ini berlatar pada tahun 1942-1945, saat Jepang sedang menduduki Indonesia setelah Belanda menyerah tanpa syarat. Dalam masa ini, Jepang berusaha mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia melalui propaganda politik dan agama.

Baca Juga: Film Live-Action 'Snow White' Dikonfirmasi Bakal Tayang Pada 2025

Sehingga, Jepang menerapkan beberapa kebijakan, salah satu kebijakan kontroversial tersebut adalah mewajibkan rakyat Indonesia untuk melakukan seikerei, yaitu gerakan membungkuk menghadap ke arah matahari terbit sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa Matahari dan Kaisar Jepang.

Di tengah situasi inilah, K.H. Hasyim Asy’ari (diperankan oleh Ikranagara) muncul sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan seikerei tersebut. Beliau menentang keras adanya kebijakan seikerei, karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang umatnya untuk menyembah kepada selain Allah SWT.

Penolakan yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari ini membuat beliau ditangkap dan dipenjara oleh tentara Jepang, sebuah peristiwa yang menjadi salah satu inti konflik dalam film Sang Kiai ini.

Peran K.H. Hasyim Asy’ari dalam Memimpin Umat

K.H. Hasyim Asy’ari digambarkan bukan hanya sebagai seorang ulama yang bijaksana, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang mampu membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan Jepang. Film ini menunjukkan bagaimana beliau terus memimpin umat Islam meskipun dalam situasi yang sulit.

Semangat juangnya tetap hidup walaupun beliau berada di balik jeruji besi, menginspirasi para santri dan tokoh-tokoh seperti Harun (diperankan Adipati Dolken) dan Abdi (diperankan Ernest Samudera). Melalui dialog yang kuat, film ini menekankan pentingnya nilai kebersamaan dan pengorbanan untuk merebut kemerdekaan.

Baca Juga: 'Siksa Kubur' Mendapatkan 17 Nominasi Terbanyak FFI 2024, Termasuk Film Cerita Panjang Terbaik!

K.H. Hasyim Asy’ari juga menunjukkan bahwa perjuangan fisik harus diiringi dengan perjuangan spiritual, sebuah pesan yang relevan hingga kini.

Resolusi Jihad menjadi Momentum Bersejarah

Penggambaran awal munculnya Resolusi Jihad, yang diusulkan oleh KH. Hasyim Asy'ari dan para ulama NU pada 22 Oktober 1945, menjadi sebuah bagian paling penting dari film Sang Kiai ini. Dalam Resolusi Jihad ini menyatakan bahwa umat Muslim di Indonesia wajib mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai kewajiban agama (fardhu'ain).

Resolusi Jihad ini digambarkan dalam film Sang Kiai sebagai titik balik perjuangan rakyat, terutama di Surabaya, melawan pasukan Sekutu yang ingin mengambil kembali Indonesia.

Resolusi Jihad membangkitkan semangat rakyat dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Pesan Moral dan Nilai Keislaman

Selain memuat sejarah, film Sang Kiai juga mengandung nilai-nilai moral dan keislaman. Film ini mengajarkan pentingnya kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan (penjajahan yang dilakukan oleh Jepang).

Sebagai seorang pemimpin, K.H. Hasyim Asy’ari tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi juga menjaga moral umat Islam agar tidak terjerumus dalam kebodohan atau terpengaruh ideologi penjajah.

Sang Kiai bukan hanya film sejarah, tetapi menjadi sebuah pengingat bagi generasi muda tentang betapa besar pengorbanan para pahlawan bangsa dalam mengusir para penjajah dan mempertahankan nilai-nilai Islam di Indonesia.

Dalam konteks modern, film ini mengajarkan bahwa perjuangan untuk kebenaran tidak akan pernah usang. Meski tantangan yang dihadapi pada masa kini berbeda, semangat untuk menjaga kehormatan, kebebasan, dan persatuan bangsa harus tetap ada hingga hari ini.

Sang Kiai menjadi sebuah karya yang mengajak kita untuk tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga memetik hikmah darinya. Film ini menggambarkan bagaimana seorang ulama dapat menjadi pelita di tengah gelapnya penjajahan, mengingatkan kita bahwa perjuangan sejati dimulai dari hati yang tulus dan keyakinan yang kokoh.

Rako Prijanto berhasil menghadirkan visual yang kuat dalam menggambarkan penderitaan rakyat di bawah penjajahan Jepang. Penggunaan musik, pencahayaan, dan kostum memperkuat atmosfer film, membuat penonton seolah terlempar ke era 1940-an. Para aktor juga memberikan performa yang memukau, khususnya Ikranagara yang berhasil memerankan K.H. Hasyim Asy’ari dengan karisma dan wibawa yang autentik.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Amatan