Kategori Berita
Media Network
Selasa, 22 OKTOBER 2024 • 15:04 WIB

Fenomena Sound Horeg: Simbol Gengsi dan Konstruksi Sosial di Jawa Timur

Ilustrasi sound horeg. Zcreators/(Bhekti Setyowibowo)

INDOZONE.ID - Dalam dua tahun terakhir, fenomena sound horeg di Jawa Timur telah mencuri perhatian, terutama pada acara karnaval antar desa yang berlangsung selama dua hari dua malam.

Kehadiran sound horeg tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga memunculkan berbagai masalah, termasuk perusakan infrastruktur desa yang mengganggu akses truk sound, serta getaran suara keras yang dapat merusak bangunan dan mengganggu kenyamanan warga.

Salah satu momen puncaknya terlihat saat pelantikan Presiden Prabowo pada 20 Oktober 2024, di mana sejumlah pengusaha sound horeg dari Jawa Timur rela datang ke Jakarta tanpa bayaran untuk memeriahkan acara tersebut.

Di balik kemeriahan suara sound horeg, terdapat dimensi simbolis yang menarik. Menurut Mas Bre, pemilik Brewok Audio dalam podcast Promedia Innovative Solution, sound horeg bukan sekadar alat hiburan, melainkan telah menjadi simbol gengsi bagi masyarakat, khususnya di Jawa Timur.

"Orang yang menyewa sound horeg rela membayar ratusan juta untuk satu set audio demi gengsi. Semakin banyak subwoofer, semakin tinggi status sosialnya. Jika getarannya merusak rumah, mereka justru semakin senang, karena itu akan diganti," ujarnya.

Dari perspektif teori konstruksi sosial, fenomena ini dapat dipahami sebagai bagian dari realitas sosial di mana sound horeg berfungsi sebagai simbol status dan identitas komunitas.

Menurut Berger dan Luckmann dalam "The Social Construction of Reality," individu dan kelompok menciptakan dan memelihara realitas sosial melalui interaksi dan praktik kebudayaan. Dalam hal ini, penggunaan sound horeg dan pola kompetisi antar warga menjadi sarana untuk membentuk dan memperkuat hierarki sosial.

Baca Juga: Seventeen Sukses Gelar Konser Perdana di Tur Dunia 'SEVENTEEN RIGHT HERE', Fans pun Bersorak!

Fenomena sound horeg juga mencerminkan komodifikasi budaya, di mana konsumsi simbolis—seperti jumlah subwoofer, kekuatan suara, dan efek getar—dipandang sebagai tolok ukur kesuksesan dan kehormatan sosial.

Proses ini menunjukkan bagaimana teknologi audio berfungsi sebagai alat simbolik untuk memproduksi dan mereproduksi nilai-nilai sosial dalam struktur masyarakat.

Selain itu, sound horeg berfungsi sebagai sarana pengakuan sosial. Individu atau masyarakat yang mampu menyewa atau mengoperasikan sound system dengan volume besar dianggap memiliki prestise dan otoritas sosial yang lebih tinggi.

Semakin besar dampak suara yang dihasilkan, semakin besar pula penghormatan yang mereka terima dari komunitas.

Namun, fenomena ini juga menimbulkan dampak sosial negatif bagi warga yang terkena dampak langsung, terutama dari kerusakan infrastruktur dan gangguan kenyamanan. Meskipun kerusakan sering kali diganti, fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang batasan etika dalam mengukur gengsi melalui kerusakan fisik dan gangguan sosial.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Instagram @brewogaudio

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Fenomena Sound Horeg: Simbol Gengsi dan Konstruksi Sosial di Jawa Timur

Link berhasil disalin!