Sutradara dan produser 'Pengepungan di Bukit Duri', Joko Anwar dan Tia Hasibuan. (INDOZONE/M Fadli)
INDOZONE.ID - Sutradara Joko Anwar mengungkapkan bila film terbarunya "Pengepungan di Bukit Duri' berbeda dengan film-film sebelumnya. Selain genrenya yang fresh baginya, sang sutradara yang juga menulis naskahnya secara lurus dan straightforward tanpa adanya petunjuk atau easter egg.
Biasanya, film-film Joko Anwar dibuat untuk para penontonnya mencari sendiri artinya dengan memasukkan easter egg atau pentunjuk-petunjuknya.
Sebut saja 'Pengabdi Setan', 'Gundala', 'Pintu Terlarang', 'Pengabdi Setan 2', hingga serial 'Nightmares & Daydreams' yang masing-masing memiliki easter egg tentang dunia yang dibangun atau berkaitan dengan film Joko Anwar yang lain.
Namun untuk film tersebut sedikit berkurang di 'Pengepungan di Bukit Duri'.
Saat ditemui wartawan usai gala premiere film 'Pengepungan Bukit Duri' beberapa waktu lalu, Joko Anwar menyebutkan memang film ini dibuat untuk lebih mudah diikuti ceritanya.
"Ya memang untuk film ini nantinya untuk lebih mudah diikuti ceritanya oleh penonton, jadi tidak perlu ada clue-clue yang banyak," kata Joko Anwar.
Ia juga membandingkan semesta di film ini yang lebih ke Indonesia, berbeda dengan film 'Pengabdi Setan' yang menyinggung secret society yang mengglobal, atau 'Gundala' yang memiliki semesta dengan dunia komik BumiLangit.
"Ini memang skrip lama yang, beda dengan yang baru. Tapi semua fillm itu berbeda-beda. Kalau di 'Pengabdi Setan' khan memang fenomena global, ada konferensi Asia Afrika, ada kelompok yang sifatnya mendunia, itu khan besar sekali. Jadi cocok untuk dimasukkan beberapa clue. Tapi ini khan Indonesia. Real issues, kayanya gak cocok yang kalau dimasukkin teka-teki," tambahnya.
Sementara itu, Tia Hasibuan selaku co produser dari 'Come and See Pictures', menyebutkan film ini diceritakan agar mudah dipahami.
Baca Juga: Cara Joko Anwar Memasukkan Isu Sosial di Film 'Pengepungan di Bukit Duri'
"Jadi untuk film ini, kami ingin penonton bisa mengikuti ceritanya dengan baik. Sehingga penonton paham tak perlu berpikir ada teori konspirasi apa," ucap Tia Hasibuan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara