Senin, 02 OKTOBER 2023 • 23:00 WIB

Misteri Kasus Pembunuhan Mirna Salihin, Realitas Ketidakadilan Sistem Hukum Indonesia

Author

Dokumenter 'Ice Cold: Murder, Cofee, and Jessica Wongso', kasus pembunuhan di Netflix. (Youtube/Netflix Indonesia)

INDOZONE.ID - Kasus pembunuhan dengan menggunakan sianida dalam secangkir kopi yang menimpa Wayan Mirna Salihin di Olivier, Grand Indonesia pada tahun 2016, mungkin telah terlupakan oleh sebagian orang.

Namun, baru-baru ini, sebuah dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso kembali menghadirkan kisah ini dalam benak masyarakat.

Mirna tewas tragis setelah mengonsumsi kopi beracun, dan Jessica Wongso, seorang teman yang hadir saat itu, dijatuhi hukuman penjara selama dua puluh tahun sebagai terdakwa pembunuhnya.

Namun, pertanyaan mengenai kebenaran dibalik kasus ini dan potensi kesalahan dalam penyelidikan tetap mengemuka.

Baca Juga: Hal-Hal yang Jadi Sorotan di Kasus Kopi Sianida Jessica Wongso Setelah Dokumenter Netflix 'Ice Cold' Dirilis

Apakah dokumenter ini akan memberikan jawaban yang diperlukan? Apakah ia akan mengungkap fakta-fakta baru yang belum diketahui masyarakat, atau hanya sekadar mengulang apa yang telah ada dalam berita sebelumnya? Mari kita simak uraian di bawah ini.

Dalam kaitannya dengan fungsi dasar film dokumenter, yaitu sebagai alat dokumentasi, Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso cukup berhasil dalam menyajikan informasi.

Dokumenter ini menggabungkan berbagai sumber informasi, mulai dari berita, talkshow politik, hingga talkshow hiburan, yang secara cermat diurutkan untuk membentuk narasi yang mudah dipahami.

Hal ini memungkinkan mereka yang tidak mengikuti kasus ini secara mendalam atau bahkan yang sudah melupakan rincian kasus tersebut, untuk dapat memahami peristiwa dengan baik.

Selain itu, dokumenter ini juga menampilkan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti Edi Darmawan Salihin (ayah Mirna), Otto Hasibuan (pengacara Jessica Wongso), Erasmus Napitupulu (Direktur Institute for Criminal Justice Reform), Budi Budiawan (toksikolog), dan para presenter yang meliput peradilan tersebut.

Dokumenter ini berusaha untuk mempresentasikan berbagai pandangan dengan seimbang tentang apa yang terjadi, sehingga penonton merasa bimbang mengenai kesalahan Jessica Wongso, kemungkinan adanya konspirasi, atau bahkan kekurangan dalam penyelidikan.

Salah satu fokus utama dokumenter ini adalah mengkritik sistem kepolisian dan peradilan di Indonesia, yang seringkali dianggap tidak adil dan terpengaruh oleh kekuatan eksternal seperti uang dan jabatan. Dokumenter ini berhasil menyajikan pandangan yang kuat dalam hal ini.

Namun, beberapa wawancara cenderung memberikan dukungan lebih besar kepada Jessica Wongso, yang mungkin disebabkan oleh kelemahan bukti-bukti yang sebelumnya telah dipaparkan.

Meskipun begitu, dokumenter ini memberikan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana penyelidikan dalam kasus pembunuhan seharusnya berlangsung, menekankan bahwa penyelidikan semestinya tidak hanya bergantung pada subjektivitas media, atau upaya untuk mencari sensasi.

Sektor sinematografi dalam dokumenter ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Rekaman yang diambil dari berbagai sumber memiliki kualitas yang bervariasi, dengan beberapa rekaman lama terasa kurang berkualitas jika dibandingkan dengan standar Netflix. Wawancara dengan narasumber utama, bagaimanapun, dipresentasikan dengan baik.

Meskipun demikian, penggunaan rekaman lama yang buruk kualitasnya dapat mengganggu pengalaman menonton. Sayangnya, meskipun "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" berusaha untuk memberikan gambaran lengkap, terdapat kesan terburu-buru dalam narasinya.

Dokumenter ini terkadang terasa seperti kumpulan fakta tanpa usaha untuk mengemasnya menjadi sebuah cerita yang lebih menarik. Hal ini berbeda dengan dokumenter lain yang mampu menyajikan cerita yang lebih mendalam.

Jessica Wongso.

Baca Juga: Kecewanya Produser Film Dilarang Wawancara Jessica Wongso Diungkap di Dokumenter Netflix Ice Cold

Kurangnya eksplorasi terhadap aspek emosional dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini membuat dokumenter ini terasa kurang mendalam dan kurang memikat sebagai karya dokumenter.

Dokumenter ini menampilkan realitas ketidakadilan dalam sistem hukum Indonesia, terutama dalam konteks kasus yang melibatkan individu Jessica Wongso.

Namun, pesan akhirnya terasa kabur, dan terkesan bahwa dokumenter ini terlalu bingung dalam menghadirkan narasi yang jelas. Film ini tampak berusaha untuk mencakup terlalu banyak aspek, sehingga pesan utamanya tidak cukup tajam.

Meskipun demikian, dokumenter ini tetap berhasil menyoroti masalah serius dalam sistem peradilan Indonesia yang perlu diperbaiki.

Writer: Victor Median


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators