Kamis, 17 APRIL 2025 • 10:34 WIB

Joko Anwar Sebut 'Pengepungan Bukit Duri' Tak Terlalu Banyak Memasukan Easter Egg

Author

Sutradara dan produser 'Pengepungan di Bukit Duri', Joko Anwar dan Tia Hasibuan. (INDOZONE/M Fadli)

INDOZONE.ID - Sutradara Joko Anwar mengungkapkan bila film terbarunya "Pengepungan di Bukit Duri' berbeda dengan film-film sebelumnya. Selain genrenya yang fresh baginya, sang sutradara yang juga menulis naskahnya secara lurus dan straightforward tanpa adanya petunjuk atau easter egg.

Biasanya, film-film Joko Anwar dibuat untuk para penontonnya mencari sendiri artinya dengan memasukkan easter egg atau pentunjuk-petunjuknya.

Sebut saja 'Pengabdi Setan', 'Gundala', 'Pintu Terlarang', 'Pengabdi Setan 2', hingga serial 'Nightmares & Daydreams' yang masing-masing memiliki easter egg tentang dunia yang dibangun atau berkaitan dengan film Joko Anwar yang lain.

Namun untuk film tersebut sedikit berkurang di 'Pengepungan di Bukit Duri'.

Baca Juga: Review 'Pengepungan di Bukit Duri': Apakah Bobroknya Sistem Pendidikan Adalah Akar Budaya Kekerasan dan Kebencian?

Saat ditemui wartawan usai gala premiere film 'Pengepungan Bukit Duri' beberapa waktu lalu, Joko Anwar menyebutkan memang film ini dibuat untuk lebih mudah diikuti ceritanya.

Pengepungan di Bukit Duri

"Ya memang untuk film ini nantinya untuk lebih mudah diikuti ceritanya oleh penonton, jadi tidak perlu ada clue-clue yang banyak," kata Joko Anwar.

Ia juga membandingkan semesta di film ini yang lebih ke Indonesia, berbeda dengan film 'Pengabdi Setan' yang menyinggung secret society yang mengglobal, atau 'Gundala' yang memiliki semesta dengan dunia komik BumiLangit.

"Ini memang skrip lama yang, beda dengan yang baru. Tapi semua fillm itu berbeda-beda. Kalau di 'Pengabdi Setan' khan memang fenomena global, ada konferensi Asia Afrika, ada kelompok yang sifatnya mendunia, itu khan besar sekali. Jadi cocok untuk dimasukkan beberapa clue. Tapi ini khan Indonesia. Real issues, kayanya gak cocok yang kalau dimasukkin teka-teki," tambahnya.

Sementara itu, Tia Hasibuan selaku co produser dari 'Come and See Pictures', menyebutkan film ini diceritakan agar mudah dipahami.

Baca Juga: Cara Joko Anwar Memasukkan Isu Sosial di Film 'Pengepungan di Bukit Duri'

"Jadi untuk film ini, kami ingin penonton bisa mengikuti ceritanya dengan baik. Sehingga penonton paham tak perlu berpikir ada teori konspirasi apa," ucap Tia Hasibuan.

Kendati seperti itu, ia tak menampik masih ada easter egg buat mereka yang jeli walaupun tak banyak. Seperti channel radio 98,5 FM yang merujuk kejadian kerusahan Mei 1998, atau sumpah serapah 'Anak Setan' yang merujuk pada tokoh di film 'Pengabdi Setan'.

Sinopsis 'Pengepungan di Bukit Duri'

Pengepungan di Bukit Duri. (IMDB)

ilm ini secara garis besar timelinenya berlatar tahun 2027, di masa dunia yang tercipta adalah dunia penuh kebencian antar etnis di mengikuti kisah Edwin (Morgan Oey), keturunan China korban kerusuhan di tahun 2009 dimana orang tuanya tewas dan tokonya dibakar serta kakak perempuannya diperkosa.

Bertahun-tahun kemudian, Edwin berjanji untuk menemukan anak kakaknya yang hilang yang diduga berada di salah satu SMA di wilayah Jakarta Timur. Satu-satunya sekolah yang belum diperiksa adalah SMA Duri.

Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di sekolah untuk anak-anak bermasalah tersebut. Di sana, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya. Salah satu anak bandel di sekolah tersebut adalah Jefri dan para gangnya yang tidak menyukai Edwin karena menjadi anak beringas.

Jefri pun berniat menuntut balas tepat di hari kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah. Edwin dan beberapa guru dan murid lainnya harus bertahan dan melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.

Baca Juga: Morgan Oey Soroti Kekerasan di Kalangan Remaja dalam Film Pengepungan di Bukit Duri

Film 'Pengepungan di Bukit Duri' akan tayang serentak mulai hari ini, 17 April 2025 di bioksop kesayangan Anda!

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Wawancara