Mengutip situs historyofcirebon dan pelitanusantara, ada kisah yang dituliskan dalam Babad Caringin, yang mengatakan kemungkinan Jaka Sembung adalah tokoh nyata.
"...sebagaimana ia disebut di Caringin, karena di Cinagara ia disebut Aki Degle adapn Eyang Buyut Umang itu adalah putra Ki Kastiwa, cicit Suwita, dan turunan pahlawan Jaka Sembung, yaitu suami Roijah gelar Bajing Ireng..."
Namun masih banyak yang menyangsikannya kebenaran tersebut.
Dalam akun Facebook Gunung Ciremai, ada cerita tentang Jaka Sembung berguru kepada Ki Sapu Angin, Jaka Sembung juga pernah berguru kepada Ki Sapu Jagat yang bermukim di Ciwaruling, desa Setianegara, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat.
“Saya pernah dengar dongeng dari orang tua zaman dulu, Jaka Sembung pernah bertapa di sini selama 40 hari 40 malam untuk memperdalam ilmu kanuragannya,” cerita Abah Ucu dalam akun.
Menurut berbagai sumber bacaan, Dajir Warni sendiri mengakui Jaka Sembung hanyalah tokoh fiktif belaka. Tapi karena latar belakang waktu dan tempat yang sesuai dengan kehidupan nyata, maka Jaka Sembung pun dianggap tokoh nyata.
Menyikapi hal itu, semasa hidup sang pencipta tokoh komik tersebut tak mau ambil pusing. "Terserah pembaca", katanya.
Keberadaan Jaka Sembung menciptakan dualitas antara dunia fiksi dan kenyataan, membawa perdebatan seputar sejauh mana karakter ini mencerminkan realitas sejarah. Apakah Jaka Sembung hanya lahir dari imajinasi seniman atau mungkin terinspirasi oleh pejuang sejati di masa lalu, menjadi pertanyaan yang sulit dijawab.
Baca Juga: Ada Kesalahan Sejarah Cukup Besar Tentang Amerika dalam Film ‘Oppenheimer’, Apa Itu?
Namun, apa yang tak terbantahkan adalah daya tariknya yang tak lekang oleh waktu. Keperkasaannya dalam pertarungan menjadi poin penting dalam menarik minat para penikmat kisah aksi, sementara kisah cintanya yang menggugah memberikan dimensi emosional yang membuatnya lebih dekat dengan pemirsa.
Dalam khazanah budaya Indonesia, Jaka Sembung telah meraih tempat khusus. Sebagai tokoh yang menghadirkan pertarungan heroik dan cerita cinta yang mengharukan, ia menjadi simbol keberanian dan semangat perlawanan.
Pada akhirnya, apakah Jaka Sembung adalah karakter fiksi semata atau memiliki akar dalam sejarah yang hilang, menjadi bagian dari pesona dan daya tarik yang terus mempertahankan eksistensinya dalam imajinasi budaya kita.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber