Kategori Berita
Media Network
Selasa, 11 JUNI 2024 • 13:05 WIB

Japanese Film Festival 2024 Kembali, Ini 4 Rekomendasi Film yang Wajib Ditonton

Lewat film ini penonton juga akan diperlihatkan kesuksesan besar industri anime datangnya tidak hanya dari tampilan animasi yang disajikan dalam hiburannya, namun juga bagaimana karya tersebut akhirnya dapat diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan berkat pembangunan cerita dan karakternya. Seperti yang diimpikan oleh karakter Hitomi Saito yang memiliki visi dan misi besar untuk karyanya dapat menjangkau banyak pihak, terutama anak-anak dengan cara memberikan alur cerita yang logis dan bisa memahami perasaan mereka.

Baca Juga: 'Roman Peony', Film Indonesia Pertama yang Syuting Penuh di Jepang

3. Single8

Disutradarai oleh Kazuya Konaka, film ini menceritakan seorang remaja sekolah menengah atas bernama Hiroshi (Yu Uemura) yang tengah terobsesi dengan film Star Wars. Ia kemudian mencoba membuat satu adegan pembuka ala Star Wars yang dibuat dengan alat seadanya.

Obsesinya terhadap film Star Wars akhirnya membuat ia kemudian mengajukan diri untuk mengerjakan sebuah project film untuk festival budaya di sekolah, mewakilkan nama kelasnya. Dari mulai ia membuat naskah sampai pada proses syuting, Hiroshi dibantu oleh ketiga teman-temannya yang juga memiliki keinginan yang sama untuk membuat film.

Hanya bermodalkan kamera 8mm dan ilmu-ilmu dasar tentang videografi yang Hiroshi dapatkan dari teman dan juga gurunya, mereka banyak belajar mengenai proses pembuatan film yang tidak hanya soal merekam adegan atau memberikan efek khusus secara keren, namun mereka juga harus bisa memahami tentang kekuatan cerita, tema, dan karakter dalam sebuah film yang merupakan bagian terpenting dalam film. Sehingga akhirnya film tersebut dapat menyimpan kesan bagi penontonnya.

Film ini tidak hanya mengulik tentang persahabatan yang terjalin antara Hiroshi dan teman-temannya, tapi juga banyak menyoroti kisah seorang remaja yang memiliki keinginan yang berangkatnya dari hobi, ide, serta kreativitas dari bayangan imajinasi liar yang mendorongnya menciptakan sebuah karya.

Film ini unik dan seru, karena penonton tidak hanya diperlihatkan bagaimana proses mereka saat membuat film, namun penonton nantinya juga akan diperlihatkan hasil dari rekaman dari kamera analog yang sudah mereka edit dengan hasil sinematografi yang menyesuaikan setting filmnya yang berlatar tahun 70an.

4. School Meals Time Graduation

Film ini disutradarai oleh Shinya Ayabe yang kisahnya berlatar pada akhir tahun 80-an di Jepang. Alurnya fokus menceritakan seorang guru kelas tiga di SMP Negeri Jepang bernama Amarida (Hayato Ichihara) yang sangat menyukai makan siang yang disediakan di sekolah. Bahkan ia menilai bahwa rasa kenikmatan makan siang di sekolah jauh lebih enak dibandingkan dengan masakan ibunya.

Sepanjang film berjalan, penonton akan dihibur dengan berbagai adegan lucu yang dilakukan Amarida setiap jam makan siang berlangsung. Uniknya di sekolah tempat dimana Amarida mengajar, para siswanya akan menyambut menu makan siang dengan sebuah nyanyian mars sebagai bentuk rasa syukur atas makanan yang diberikan. Disisi lain diam-diam Amarida ternyata bersaing dengan salah satu muridnya, Kamino (Taishi Sato) yang sama-sama menyukai menu makan siang di sekolah. Kamino bahkan sering bereksperimen menciptakan rasa makan siangnya jadi terasa lebih nikmat dengan mengkombinasikan beberapa makanannya dengan caranya sendiri.

Suatu hari Amarida dihadapkan pada fakta bahwa program makan siang di sekolahnya terancam akan mengalami perubahan kebijakan tentang penurunan kadar rasa yang diusulkan oleh pemerintah yang ingin mengutamakan pemberian menu makanan sehat kepada setiap siswa di Jepang. Ini yang kemudian menjadi konflik di mana akhirnya Amarida dan Kamino ikut turun tangan untuk menentang perubahan tersebut.

Film ini merupakan seri kedua dari film spin-off acara televisi yang sangat populer di Jepang. Premisnya unik untuk disaksikan karena penonton tidak hanya disajikan adegan lucu dan menghibur dari karakternya, namun juga film ini banyak memperlihatkan budaya dan pendidikan di Jepang dengan memfokuskan ceritanya pada program makan siang yang menjadi agenda rutin di sekolah-sekolah umum di Jepang.

Lewat adegannya tersebut, film ini juga memperlihatkan kebersamaan antara seorang guru dengan para muridnya yang akan berkumpul bersama di ruang kelas di mana siswanya sudah menata meja secara berkelompok untuk menikmati makan siang bersama. Menu makan siang yang disajikan pun juga dapat menggoda selera penonton. Dari sajian menu populernya, yaitu spageti ‘Napolitan’, sup telur, nasi campur, kari, susu putih, hingga makanan penutup seperti yogurt buah dan roll cake.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Amatan

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Japanese Film Festival 2024 Kembali, Ini 4 Rekomendasi Film yang Wajib Ditonton

Link berhasil disalin!