Senin, 07 AGUSTUS 2023 • 14:25 WIB

Review "Cobweb': Film Horor yang Plotnya Kuat di Awal Namun Kurang Fokus dan Endingnya Absurd

Author

Film horor 'Cobweb' beserta sinopsi dan ulasannya. (IMDB)

INDOZONE.ID - Alih-alih merilisnya di saat Halloween biar selaras dengan plot cerita, film horor "Cobweb" ditayangkan di bulan Agustus ini. Namun hal itu tak jadi soal karena tetap bisadinikmati. Simak Sinopsis Cobweb berikut Review nya di bawah ini.

Film ini disutradarai oleh Samuel Bodin dan skenarionya ditulis dengan baik oleh Chris Thomas Devlin yang masuk ke dalam daftar The Blacklist 2018.

"Cobweb" sendiri diproduksi oleh Point Grey Picture dan Vertigo Entertainment yang berdurasi selama 1 jam 28 menit.

Dibintangi oleh Lizzy Caplan, Cleopatra Coleman, Luke Busey, Debora Zhecheva, Jay Rincon, Antony Starr, Ellen Dubin, Woody Norman, Steffanie Asparuhov, Aleksandra Dragova, dan Jivko Mihaylov.

Baca Juga: Atiqah Hasiholan Kembali Bermain Film Layar Lebar, The Parcel Film Horor Setelah Tahun 2008

Sinopsis "Cobweb

Film horor 'Cobweb' beserta sinopsi dan ulasannya. (IMDB)

Cerita dalam "Cobweb" berpusat pada keluarga Johnson yang baru saja pindah ke rumah baru mereka di sebuah kota kecil yang sunyi. Awalnya, mereka merasa gembira dengan langkah baru ini dan penuh semangat untuk memulai fase hidup yang baru. Namun, semakin mereka menggali lebih dalam ke dalam rumah tersebut, mereka menemukan sesuatu yang sangat menakutkan.

Peter, seorang bocah delapan tahun, terusik oleh suara misterius yang terus berulang. Bunyi tersebut berasal dari dinding kamar tidurnya.

Orang tua Peter menganggap bahwa suara tersebut hanyalah khayalan Peter semata. Mereka tidak menghiraukan keluhan anak mereka dan seolah-olah mereka sedang menyembunyikan sesuatu.

Namun, suara ketukan tersebut semakin kuat dan sering terdengar. Peter, yang merasa tidak tahan lagi, akhirnya diam-diam memutuskan untuk melakukan penyelidikan sendiri, meskipun ketakutan menghantuinya.

Film horor 'Cobweb' beserta sinopsi dan ulasannya. (IMDB)

Baca Juga: Sinopsis dan Cuplikan Series ‘The Summer I Turned Pretty 2’, Kelanjutan Cinta Segitiga antara Kakak-beradik

Peter yakin bahwa orang tuanya menyimpan rahasia mengerikan dan berbahaya. Ia ingin mengetahui apa rahasia kelam yang disembunyikan oleh orang tuanya.

Meski merasakan rasa takut setiap malam, Peter dengan perlahan-lahan mengungkap misteri tersebut melalui penyelidikannya. Selama ia melakukan penyelidikan, Peter juga mengalami beberapa penampakan yang membuatnya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak biasa terjadi.

Review 'Cobweb'

Film horor 'Cobweb' beserta sinopsi dan ulasannya. (IMDB)

Secara singkat, Cobweb bisa disebut sebagai film horor tentang masa kecil yang bikin bulu kuduk merinding dan mengarah ke ending yang bikin kepala pusing. Hal ini bisa menjadi tapi keren banget, atau sebaliknya lemah banget tergantu perspektif mana yang digunakan.

Film ini juga bisa disebut ilm horor tentang anak-anak yang hadapi hal-hal serem ya. Namun kebanyakan film horor jenis ini mengikuti pola kayak The Cellar atau The Babadook, di mana orangtua terlibat dalam kisah horor anak remaja yang penuh gejolak dan semuanya ditayangin dari perspektif orang dewasa.

Nonton dari sudut pandang anak-anak yang lebih muda dan polos tuh lebih susah, nggak cuman karena ada perasaan dan pengalaman yang beda. Tapi juga karena penonton harus inget lagi gimana rasanya gak punya kuasa, gak punya kontrol.

Itulah yang bikin mimpi diculik anak kayak di The Boy Behind the Door dan The Black Phone efektif banget meskipun kadang bikin nontonnya agak berat.

Film horor 'Cobweb' beserta sinopsi dan ulasannya. (IMDB)

Baca Juga: Review 'God's Crooked Lines': Detektif yang Terjebak di Antara Para ODGJ dan Plot Twist Mencengangkan

Kayaknya jahat banget deh Cobweb dirilis pas sebelum Halloween. Padahal kan ini waktu di mana anak-anak boleh merasa takut tapi tetap aman. Tapi rumahnya si Peter kecil (si mata lebar dan kulit pucat bernama Norman) udah keliatan kaya rumah hantu aja, dindingnya bergambar abu-abu dan halamannya penuh labu busuk.

Orangtuanya (pemeran Caplan dan Starr) tuh protektif banget, malah terlalu dominan, makanya si Peter jadi anak yang pemalu dan sering kena mimpi buruk – dan itu juga alasan kenapa dia yang denger suara sesuatu di dinding, suara yang bilang ke dia kalau dia nggak salah, kalau orangtuanya nggak sebaik keluarga sempurna yang mereka pura-pura tunjukin.

Sutradara Samuel Bodin mungkin masih lebih dikenal karena ngedirek film penggemar "Batman: Ashes to Ashes" tahun 2008, yang pake palet warna hitam, putih, dan merah ala Sin City buat cerita tersebut.

Dalam 17 menit itu, dia nunjukin keterampilannya dalam bikin suasana mencekam dan visual yang keren, dan dia tunjukin lagi dalam film Cobweb dengan kontrol dan kreativitas yang sama, dibantu juga sama irama mainan kotak dan nyanyian anak-anak dari Drum & Lace.

 

Tapi yang bener-bener bikin Cobweb berhasil nangkep perhatian penonton adalah kreasi keluarga yang bener-bener ga stabil dan bikin merinding. Pemeran Caplan bener-bener cocok banget jadi Carol, ibu seperti dalam cerita dongeng yang pingin keliatan kaya ibu rumah tangga pinggiran kota biasa.

Baca Juga: Review Film Komedi Korea Switch, Bangun-Bangun Malah jadi Suami dan Ayah 2 Anak

Dan peran suaminya dimainkan oleh Starr, yang biasanya jadi Homelander yang ga waras di The Boys, tapi disini dia pake kemeja kotak-kotak yang nyaman buat jadi ayah biasa. Tapi jelas banget ada yang nggak beres, ada sesuatu yang keluar dari balik dinding dan mengganggu impian keluarga mereka yang terlindungi, sesuatu yang datang buat si Peter.

Bodin perlahan-lahan ungkap ancaman itu dengan cara yang nggak pernah mengecewakan (ini jarang banget dalam film horor yang adegannya pelan), dan juga pake suara dari dua aktor pengisi suara berpengalaman – Ellen Dubin dan Jesse Vilinsky – buat bawain kompleksitas ke karakter yang cuma dikenal sebagai Gadis, yang bisikin si Peter dan bilang semua ketakutannya tentang orangtuanya itu bener.

Yang paling sukses dari Cobweb adalah ambiguitasnya, dia bawa cerita ke ending yang nggak terduga, bikin merinding, tapi nggak terlalu wah.

Film ini bisa menciptakan sesuatu yang menarik jika fokus pada satu titik plot tertentu. Sayangnya, sang sutradara terlalu putus asa ingin memberikan kesan dan berpikir bahwa pengalihan arah yang konstan adalah yang membuat sebuah film horor menjadi hebat. Padahal sebenarnya tidak, dan pada saat film berakhir dengan salah satu cara yang paling membingungkan, para penonton berasa gregetan.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators