INDOZONE.ID - Film karya animator legendaris Jepang Hayao Miyazaki, The Boy and The Heron, mendapat sorotan dari para penggemar studio Ghibli, lantaran menjadi film pertama yang dirilis Miyazaki setelah sedekade beristirahat.
Namun, siapa sangka jika The Boy and The Heron disasarkan pada kisah masa kecil Miyazaki?
Malansir IndieWire, salah satu pendiri sekaligus produser Studio Ghibli Toshio Suzuki mengungkapkan, Miyazaki pertama kali memperkenalkan The Boy and The Heron kepadanya pada 2016 lalu. Saat itu, Miyazaki meminta izin untuk membuat cerita tentang dirinya.
Hal ini jelas membuat Suzuki terkejut, karena selama hampir 40 tahun mengenal Miyazaki, sutradara animasi legendaris ini selalu dikenal sebagai sosok tertutup.
Namun, terlepas dari itu, film animasi yang memiliki judul asli Kimitachi wa Dou Ikiru ka ini memang selaras dengan film-film Ghibli lain yang diciptakan untuk membangkitkan kenangan.
"Saya setuju bahwa ini adalah film Miyazaki yang paling pribadi karena dia benar-benar menceritakannya kepada saya," kata Suzuki, dikutip Minggu (31/12/2023).
The Boy and the Heron tidak hanya terinspirasi oleh masa kecil Miyazaki yang pernah mengalami pengeboman di Jepang selama Perang Dunia II dan ayahnya adalah direktur pabrik pembuatan pesawat di perusahaan milik keluarganya, tetapi juga kariernya di Ghibli bersama dua teman terdekatnya, mendiang salah satu pendiri/sutradara studio Ghibli Isao Takahata (sutradara Grave of the Fireflies) dan Suzuki.
Dalam film animasi ini, Miyazaki menggambarkan dirinya sebagai Mahito, protagonis berusia 12 tahun, Takahata adalah paman buyut dan bangau abu-abu adalah Suzuki.
"Jadi saya bertanya kepadanya alasannya. Dia mengatakan (Takahata) menemukan bakatnya dan mengatakannya ke staf. Menurutku Takahata san-lah yang membantunya mengembangkan kemampuannya. Sebaliknya, hubungan antara anak laki-laki dan (bangau) adalah hubungan di mana mereka tidak saling mengalah, saling tarik menarik," beber Suzuki.
Meski begitu, pada awalnya Suzuki menolak memberi lampu hijau kepada 'The Boy and the Heron' karena usia Miyazaki sudah sangat lanjut (82 tahun) dan biaya yang besar, bahkan merupakan salah satu film dengan biaya produksi termahal di Jepang. Namun Miyazaki melemahkan perlawanannya dengan antusiasme dan storyboard yang mengesankan.
Film ini membutuhkan waktu tujuh tahun untuk rampung dan Suzuki perlu mempekerjakan beberapa animator paling berbakat di Jepang di luar Ghibli untuk menangani tugas tersebut, termasuk mengawasi animator Takeshi Honda (Neon Genesis Evangelion).
Dengan berkurangnya stamina dan kemampuan penglihatan, Miyazaki tidak mampu mengawasi produksi dengan cara yang sama seperti ketika ia berada di puncak kekuatan kreatifnya dan mengandalkan Honda untuk menggambar, dengan dia sendiri sebagai pengawas.
Namun, dengan kematian Takahata pada 2018, Miyazaki yang dilanda kesedihan terpaksa mengurangi peran paman buyutnya dalam cerita tersebut. Padahal, sebelumnya peran paman buyut sangat penting dalam kehidupan anak laki-laki.
Baca Juga: Anime 'My Hero Academia' Season 7 Tampilkan Pertempuran Terakhir Deku dan Para Hero
"Setelah Takahata meninggal, dia tidak bisa melanjutkan cerita itu, jadi dia mengubah narasinya dan itu menjadi hubungan antara anak laki-laki dan Heron," jelas Suzuki.
"Dan dalam pikirannya, awalnya, Bangau adalah sesuatu yang melambangkan keseraman rumah dan menara itu, bahkan menakutkan, yang dia datangi selama masa perang. Tapi dia mengubahnya menjadi persahabatan antara anak laki-laki dan Bangau," imbuh dia.
Sementara itu, The Boy and The Heron menceritakan tentang kehancuran, kehilangan, dan membangun kembali masa depan yang lebih baik melalui imajinasi.
Mahito kehilangan ibunya dalam pengeboman di Jepang dan pindah ke pedesaan, di mana ayahnya, yang menjalankan pabrik amunisi udara, menikahi saudara iparnya, Natsuko.
Saat perasaan trauma, marah dan bingung melanda, anak laki-laki itu bertemu dengan seekor bangau yang bisa berbicara, yang memberitahunya bahwa ibunya masih hidup dan membimbingnya ke dunia alternatif di menara ajaib yang dihuni oleh orang hidup dan orang mati.
Di sana ia bertemu paman buyutnya, arsitek menara, dan bertemu kembali dengan ibunya, serta Natsuko. Karya ini terinspirasi oleh novel yang Miyazaki kagumi saat kecil How Do You Live?, yang kemudian dijadikan judul film ini olehnya.
Writer: Putri Octavia Saragih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Imdb