Kategori Berita
Media Network
Selasa, 10 DESEMBER 2024 • 10:30 WIB

Wu Xiaobang: Pelopor Tari Modern China yang Menari untuk Perubahan

Wu Xiaobang, pelopor tari modern China

INDOZONE.ID - Wu Xiaobang (1906-1995) adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perkembangan tari modern di China.

Lahir di keluarga kaya di Suzhou, Wu memiliki latar belakang yang cukup beragam, sebelum akhirnya terjun ke dunia tari.

Ia sempat belajar di berbagai bidang, mulai dari keuangan, hukum, hingga militer. Namun, pengalaman hidupnya yang penuh gejolak, terutama saat terlibat dalam revolusi nasional, membawa perubahan besar dalam dirinya.

Pada 1929, ia memutuskan untuk belajar musik di Tokyo, Jepang, yang akhirnya mengarahkannya pada dunia tari modern setelah menyaksikan sebuah pertunjukan tari yang sangat menggugah hati.

Tari yang ia lihat, berjudul "A Group of Ghosts", mengandung elemen-elemen kuat yang mencerminkan penderitaan masyarakat tertindas, dan membuat Wu tergerak untuk mendalami seni ini lebih dalam.

Ia lalu berguru kepada Takada Seiko, seorang penari modern terkemuka di Jepang yang terpengaruh oleh tari Barat, terutama karya Isadora Duncan.

Baca Juga: Siti Nurhaliza Unggah Video Komunitas Tari Joget Tiktok: Tak Jemu Tengok Berulang Kali

Takada mengajarkan tari modern dengan pendekatan yang lebih bebas dan ekspresif dibandingkan tari klasik, dan hal inilah yang membentuk dasar pemikiran dan gaya tari Wu Xiaobang.

Selama tujuh tahun, ia belajar tari di Jepang sebelum akhirnya kembali ke China pada pertengahan 1930-an. Setibanya di China, Wu menghadapi tantangan besar.

Tari modern yang ia pelajari di Jepang masih sangat asing bagi masyarakat China, yang pada waktu itu lebih akrab dengan tari tradisional dan opera.

Meskipun begitu, Wu tidak menyerah. Ia mulai mengajar tari modern di berbagai kota, serta mendirikan sekolah tari di Shanghai. Di sini, ia mulai berkolaborasi dengan seniman lain seperti musisi dan dramawan untuk memperkenalkan tari modern ke dalam konteks seni yang lebih luas, termasuk teater dan musik.

Salah satu contohnya adalah penampilan tariannya yang dipadukan dengan drama Nala (1935) dan Xishi (1935), yang mengangkat tema patriotisme dan perjuangan sosial, yang saat itu sangat relevan dengan kondisi politik China yang sedang dilanda ancaman dari Jepang.

Sebagai seorang penari, Wu Xiaobang juga menerapkan konsep reverse integration, yakni menggabungkan elemen narasi dan musik dalam tarian. Ini adalah upayanya agar tariannya dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat luas, termasuk mereka yang mungkin merasa kesulitan memahami tari modern yang abstrak dan penuh ekspresi pribadi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Modern Chinese Literature And Culture

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Wu Xiaobang: Pelopor Tari Modern China yang Menari untuk Perubahan

Link berhasil disalin!