Kategori Berita
Media Network
Senin, 05 MEI 2025 • 17:11 WIB

Seniman Indonesia Menyuarakan Tubuh di Panggung Dunia: PANJAGO di BEAST FEAST 2025

H. Scott Wilson, Hario Efeur dan Rani Jambak.

INDOZONE.ID - Dalam pesatnya perkembangan lanskap musik kontemporer dunia, seniman Indonesia mendapat peran penting dalam BEAST FEaST 2025, salah satu festival musik elektroakustik paling bergengsi di dunia.

Kali ini, bukan hanya suara musik elektronik konvensional yang mengisi panggung, melainkan tubuh manusia itu sendiri yang diolah menjadi musik elektroakustik melalui karya: PANJAGO: Body - Sound – Improvisation.

Panjago adalah karya kolaborasi pasangan suami istri seniman lintas disiplin ilmu dari Indonesia, Hario Efenur dan Rani Jambak, bersama Prof. Scott Wilson, seniman dan profesor musik elektroakustik dari University of Birmingham, Inggris.

Baca Juga: Berkolaborasi dengan Playlist Live Festival, Bloom Fest Gaet Musisi Lokal hingga Internasional

Karya ini berupa performance musik elektroakustik yang memadukan seni bela diri tradisional Minangkabau (silek/silat), improvisasi musik digital, dan teknologi suara imersif.

Pertunjukan komposisi musik eksperimen kolaborasi ini dipentaskan Jumat (2/5/2025) di The Dome - Bramall Music Building, University of Birmingham, Inggris, dalam event tahunan BEAST (Birmingham Electroacoustic Sound Theatre) FEaST 2025, festival musik elektroakustik yang telah berlangsung rutin sejak 2015.

“Di Panjago, kami bukan hanya memainkan musik. Kami menghidupkan tubuh sebagai sumber bunyi, sumber pengetahuan dan spiritualitas. Hentakan kaki, desah napas, dan gerak tubuh diamplifikasi serta diolah menjadi ritme dan nada,” ungkap M. Hario Efenur, seniman asal Lasi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Saat ini, Hario memang tengah meriset silek sebagai basis musik tubuh dalam studi doktoralnya di ISI Surakarta.

Ia dikenal berkat pendekatan inovatifnya dalam menggunakan tubuh sebagai instrumen musik, dan telah membawakan pertunjukan serupa ke berbagai panggung di tanah air maupun dalam kolaborasi-kolaborasi internasional.

Musik Elektroakustik dan Silek Minangkabau

Istilah musik elektroakustik mungkin belum populer di Indonesia. Genre musik ini muncul sekitar tahun 1940-an di Prancis, menggunakan teknologi untuk memproses dan memanipulasi suara akustik—baik dari suara alam, instrumen tradisional, maupun tubuh manusia.

Ini agak berbeda dari genre musik elektronik murni yang lahir di Jerman tahun 1950-an, yang sepenuhnya dihasilkan melalui sinyal sintetis dan instrumen digital.

Di Tanah Air seniman Rani Jambak, istri Hario, adalah salah satu komposer dan musisi yang intens mengeksplorasi musik elektroakustik melalui karya-karya soundscape kreatifnya.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Pers Rilis

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Seniman Indonesia Menyuarakan Tubuh di Panggung Dunia: PANJAGO di BEAST FEAST 2025

Link berhasil disalin!