Jumat, 11 APRIL 2025 • 11:35 WIB

Morgan Oey Soroti Kekerasan di Kalangan Remaja dalam Film "Pengepungan di Bukit Duri"

Author

Morgan Oey dalam jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025). (INDOZONE/Nadya Mayangsari)

INDOZONE.ID - Aktor Morgan Oey mengungkapkan soal kesamaan yang ia rasakan dalam memerankan karakter Edwin di film Pengepungan di Bukit Duri".

Morgan Oey, yang memerankan Edwin menjelaskan melalui film ini, ia berharap penonton dan masyarakat Indonesia bisa menjadikan film ini sebagai medium untuk terapi. Isu-isu tentang kekerasan dan trauma di masa lampau, bisa dibicarakan dengan lebih terang.

Selain itu, Ia juga menyoroti keresahan dalam budaya kekerasan di kalangan remaja yang membuat kejadian di masa lalu kembali terulang di masa sekarang.

Baca Juga: Transformasi Penjara Jadi Sekolah, Begini Tantangan Set Film 'Pengepungan di Bukit Duri'

Handi Morgan Winata yang biasa disapa akrab Morgan Oey ini berdarah campuran Dayak dan Tionghoa. Ia menyuarakan beberapa keresahan yang dialaminya ketika dia bertumbuh di kota Singkawang, tempat tinggal etnis Tionghoa terbesar di Indonesia, kota yang paling toleransi.

Omara Esteghlal, Morgan Oey, Hana Malasan, Joko Anwar, dan Tia Hasibuan. (INDOZONE/Nadya Mayangsari) "Keresahan-keresahan yang kebetulan kalau misalnya ditanya 'relate gak sama karakter Edwin' kebetulan saya relate, walaupun saya tumbuh dan besar di kota Singkawang, yang mungkin bisa dibilang 'kota yang paling toleransi di Indonesia', ujar Morgan Oey saat jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025).

Namun, pengalaman masa lalu dapat meninggalkan dampak yang mendalam dan berkepanjangan, bahkan mempengaruhi generasi berikutnya.

Meskipun Morgan tumbuh di lingkungan yang toleran seperti kota Singkawang, namun trauma dan dampak dari peristiwa masa lalu masih dapat dirasakan.

"Tapi karena ada satu dan dua hal kejadian di masa lampau, efeknya tuh benar-benar generational, event yang saya besar seperti di kota Singkawang saja yang toleransinya tinggi itu saja masih kena dampak, trauma, makanya kenapa itu sifatnya generational," jelasnya.

Baca Juga: Sinopsis dan Pemeran “Pengepungan Di Bukit Duri” Film Terbaru Joko Anwar

Hal ini menunjukkan bahwa efek dari pengalaman masa lalu bisa bersifat generational, yaitu artinya dapat mempengaruhi generasi berikutnya dalam cara yang tidak terduga.

"Untuk budaya kekerasan, yang memang sudah ada dari dulu, dari zaman saya sekolah SMA 17 tahun yang lalu, itu masih relate dan masih relevan sampai sekarang, event gausah nonton berita deh di TV, dari sosial media aja kita tau kalo misalnya budaya kekerasan di kalangan remaja itu merupakan salah satu hal yang kayanya susah untuk ditembus ya, susah untuk dicari akarnya tuh apa sebenarnya," tambahnya.

Dengan demikian, pengalaman masa lalu dapat menjadi warisan yang berat, yang terus mempengaruhi kehidupan seseorang dalam jangka waktu yang lama.

"Nah jadi itu salah satu keresahan saya selain general dan trauma yang bikin saya relate sama karakter yang saya perankan yaitu Edwin, itu keresahan saya di budaya kekerasan pada remaja,"

Joko Anwar dan Tia Hasibuan. (INDOZONE/Nadya Mayangsari)

Melalui film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar, selaku sutradara, merespons situasi terkini Indonesia yang sangat relevan mengenai isu kekerasan dan urgensi pembenahan pendidikan Indonesia, menyangkut masa depan remaja Indonesia yang terjebak dalam situasi terpuruk.

Dikemas dengan genre drama-thriller, Joko Anwar memberikan intensitas ketegangan dari awal hingga akhir secara konsisten.

Baca Juga: Film Terbaru Joko Anwar 'Pengepungan di Bukit Duri' Rilis Official Trailer, Angkat Isu Profesi Guru

Dengan berani, film Pengepungan di Bukit Duri menggambarkan situasi yang mungkin saja akan terjadi pada tahun 2027, kalau kita semua tidak bersuara untuk melakukan pembenahan.

Kekerasan-kekerasan yang terjadi, direpresentasikan dalam aksi laga yang mengancam nyawa di dunia sekolah. Lewat latar yang dibangun oleh Dennis Susanto, dengan sinematografi yang diramu oleh kolaborator lama Joko Anwar, Jaisal Tanjung, serta musik yang digubah oleh Aghi Narottama, menjadikan dunia di Pengepungan di Bukit Duri layaknya sebuah negara yang salah urus.

Selain Morgan Oey, Pengepungan di Bukit Duri turut dibintangi oleh sejumlah aktor ternama, di antaranya Omara N Esteghlal, Hana Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Faris Fadjar, Florian Rutters, Dewa Dayana, Sandy Pradana, Milo Taslim, dan Sheila Kusnadi.

Dengan jajaran cast yang solid serta tema yang kuat, film ini siap mengguncang layar lebar dan mengundang diskusi mendalam di kalangan penonton. 

Film Pengepungan di Bukit Duri bisa kamu saksikan di bioskop mulai tanggal 17 April 2025.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung