INDOZONE.ID - Siapa yang tidak kenal Dev Patel, aktor berbakat yang memikat hati penonton lewat film-film seperti Slumdog Millionaire dan Lion? Kali ini, Patel tak hanya menunjukkan kemampuan aktingnya, tetapi juga mengambil langkah berani di balik layar sebagai sutradara dalam film terbarunya Monkey Man.
Menariknya, Patel juga merangkap sebagai penulis naskah dan pemeran utama, menunjukkan dedikasinya yang luar biasa terhadap proyek ini.
Monkey Man membawa penonton ke dalam dunia aksi penuh dendam yang terinspirasi dari film-film populer seperti John Wick. Namun, film ini menawarkan keunikan tersendiri dengan memadukan unsur mitologi Hindu dan latar belakang India yang kental.
Kisah berpusat pada sosok misterius yang dijuluki Monkey Man, seorang pria yang berjuang untuk membalas dendam kepada elit korup yang telah menghancurkan hidupnya. Dengan perpaduan aksi brutal dan elemen spiritual, Monkey Man menawarkan pengalaman sinematik yang berbeda dan menggugah rasa ingin tahu.
Apakah Patel berhasil menghadirkan debut sutradara yang memukau? Bagaimana perpaduan aksi dan mitologi Hindu terjalin dalam film ini? Simak ulasan lengkap Monkey Man untuk mengetahui jawabannya.
Baca Juga: Review ‘Dua Hati Biru’, Perjalanan Emosional Pasangan Muda yang Bikin Baper
Monkey Man berupaya untuk memberikan kritik terhadap pemerintahan Hindutva sayap kanan di India melalui karakter antagonisnya, Baba Shakti. Shakti merupakan seorang tokoh agama dan politikus yang korup, memanfaatkan agama sebagai kedok untuk meraih kekuasaan dan keuntungan pribadi. Ia digambarkan sebagai sosok munafik yang mencerminkan para pemimpin Hindutva yang menggunakan sentimen agama untuk agenda politik mereka.
Namun, kritik yang ingin disampaikan film ini terasa tumpul dan malah terjerumus dalam kebingungan simbolisme. Sang Monkey Man, protagonis utama, menjadikan mitologi Hindu, khususnya Hanuman, sebagai sumber kekuatan dan motivasinya untuk melakukan aksi balas dendam.
Ia mengenang kisah-kisah Hanuman dari masa kecilnya dan menggunakannya sebagai panduan dalam perjuangannya melawan ketidakadilan. Ironisnya, simbolisme Hanuman juga digunakan oleh kelompok-kelompok Hindutva untuk mempromosikan nasionalisme Hindu dan superioritas agama.
Penggunaan simbolisme yang sama oleh protagonis dan antagonis menciptakan kontradiksi yang membingungkan. Di satu sisi, film ini ingin mengkritik penggunaan agama sebagai alat politik, namun di sisi lain, sang protagonis justru menggunakan simbolisme agama yang sama untuk membenarkan tindakannya.
Hal ini membuat pesan kritik terhadap Hindutva menjadi tidak jelas dan berpotensi disalahartikan. Alih-alih memberikan gambaran yang bernuansa tentang politik India, "Monkey Man" justru terjebak dalam representasi yang dangkal dan kontradiktif.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan