INDOZONE.ID - Serial adatasi live action Avatar: The Last Airbender sedang menjadi perbincangan para fans setianya di media sosial. Bahkan di situs-situs resensi film juga memuji sekaligus memperdebatkan serial yang tayang sepanjang 8 episode tersebut.
Salah satunya soal perbedaan yang terlihat. Ya, adaptasi live-action Avatar: The Last Airbender dari Netflix menampilkan sejumlah perbedaan signifikan dengan versi kartunnya.
Meskipun ada beberapa perubahan yang dilakukan, esensi dan ikatan antara karakter dan cerita tetap terasa kuat dan diharapkan dapat memperkaya pengalaman penonton.
Perbedaan Avatar: The Last Airbender versi Live Action dan Kartun
Baca Juga: Pesona Cantik Maria Zhang di Balik Karakter Suki dalam Avatar: The Last Airbender
Di bawah ini, Indozone mencoba merangkum beberapa perbedaan antara veris Live Action dan versi kartun dari Avatar: The Last Airbender yang dikutip dari nerdist.com.
1. Perubahan dalam Cerita Aang
Versi Kartun: Perbedaan pertama dalam cerita Avatar: The Last Airbender versi kartun adalah sosok Aang yang sebagai Avatar muda, seringkali cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya sebagai penyeimbang dunia.
Versi Live-Action: Dalam adaptasi live-action, Aang menunjukkan reaksi yang lebih realistis terhadap beban sebagai seorang Avatar. Dia tidak lagi melarikan diri dari tanggung jawabnya, tetapi merenungkan nasibnya dengan lebih serius setelah mengetahui identitasnya. Hal ini menambah dimensi emosional dan menunjukkan perkembangan karakter yang lebih dalam.
2. Perjalanan Karakter Katara
Versi Kartun: Katara dalam versi kartun memiliki pemahaman alami yang kuat tentang pengendalian air. Dia belajar bersama Aang tentang kemampuan mereka.
Versi Live-Action: Dalam live-action, Katara menghadapi tantangan yang lebih realistis dalam membangun keterampilan pengendalian airnya. Dia mendapatkan bimbingan dari karakter Gran Gran, menunjukkan perjuangan yang lebih mendalam dalam pengembangan kekuatannya. Perubahan ini memperkuat narasi pembelajaran dan pertumbuhan karakter.
3. Evolusi Karakter Sokka
Versi Kartun: Sokka dalam kartun terkadang digambarkan sebagai karakter yang memiliki aspek seksis yang lebih terlihat, meskipun pada akhirnya dia juga menunjukkan kecerdasan dan keberanian yang luar biasa.
Versi Live-Action: Dalam live-action, Sokka masih mempertahankan esensi humor dan kecerdasannya, tetapi aspek seksis dari karakternya diubah dengan lebih halus. Fokusnya lebih pada kecerdasan dan strategi, menunjukkan sisi yang lebih kompleks dari karakternya.
4. Absennya Komet Sozin
Versi Kartun: Komet Sozin merupakan elemen penting dalam alur cerita, yang memengaruhi pertempuran besar di dunia Avatar.
Versi Live-Action: Dalam live-action, absennya komet Sozin memberikan fleksibilitas dalam pengembangan cerita, memungkinkan penyesuaian yang lebih besar dalam plot dan dinamika antar karakter.
Baca Juga: Tak Cukup dengan Trilogi, Netflix Umumkan Kelanjutan Film Fear Street
5. Hubungan Aang dengan Avatar Lain
Versi Kartun: Proses komunikasi Aang dengan Avatar masa lalu, seperti Kyoshi, Roku, dan Kuruk, terkadang memakan waktu yang cukup lama.
Versi Live-Action: Dalam live-action, Aang dapat berkomunikasi dengan Avatar masa lalu dengan lebih cepat melalui meditasi di Dunia Roh. Hal ini menambah kompleksitas dalam pengembangan karakter dan memperluas pengetahuan Aang tentang sejarah Avatar.
6. Kehadiran Azula di Awal Serial
Dalam adaptasi live-action, penonton diperkenalkan kepada Azula lebih awal dari versi kartun, memberikan dimensi tambahan pada cerita dan karakteristiknya yang kompleks.
7. Hubungan Zuko dengan Ayahnya Ozai
Versi Kartun: Hubungan antara Zuko dan ayahnya, Raja Api Ozai, cenderung tradisional dengan Zuko menghadapi konflik batin tentang harapan ayahnya terhadapnya.
Versi Live-Action: Dalam live-action, hubungan antara keduanya dibangun dengan lebih mendalam. Meskipun Ozai masih menunjukkan sikap dingin dan mengusir Zuko, hubungan mereka menunjukkan ketegangan yang lebih dalam dan memberikan harapan baru bagi Zuko dalam pencarian jati dirinya.
8. Live Action Lebih Kelam
Versi Kartun: Kartun Avatar: The Last Airbender cenderung memiliki nada yang lebih ringan, dengan adegan-adegan konyol dan humor yang terkadang menyeimbangkan tema-tema seriusnya.
Versi Live-Action: Dalam live-action, nada serial cenderung lebih serius dan berat, menyoroti tragedi perang, penindasan, dan perjuangan karakter dengan lebih dalam. Ini menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan dramatis bagi penonton.
Dengan perbedaan-perbedaan yang signifikan ini, adaptasi live-action Avatar: The Last Airbender menawarkan pengalaman yang baru dan menarik bagi penggemar setia dan juga memperluas pengetahuan tentang dunia Avatar untuk penonton baru.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nerdist.com