INDOZONE.ID - Nicholas Saputra kembali! Setelah dua tahun absen dari layar lebar, aktor kawakan ini hadir kembali menyapa para penggemarnya lewat film terbaru, "The Architecture of Love".
Diadaptasi dari novel populer karya Ika Natassa, film ini digarap oleh sutradara Teddy Soeriaatmadja, sosok di balik film-film populer seperti "Badai Pasti Berlalu" dan "Berbalas Kejam".
Kali ini, Nicholas beradu akting dengan aktris berbakat Putri Marino, menyajikan kisah cinta dewasa yang dibalut dengan keindahan kota New York. Penasaran? Mari kita bedah lebih dalam.
Sinopsis
"The Architecture of Love" mengisahkan tentang Raia (Putri Marino), seorang penulis novel terkenal yang sedang berada di puncak kariernya. Di balik kesuksesannya, Raia menyimpan luka mendalam akibat perselingkuhan suaminya, Alam (Arifin Putra).
Baca Juga: 11 Film Nicholas Saputra Terbaru di Bioskop dan Netflix, Seru!
Patah hati dan kehilangan inspirasi, Raia memutuskan untuk terbang ke New York, berharap bisa menemukan ketenangan dan ide-ide baru untuk novel berikutnya. Di kota yang megah itu, ia bertemu dengan River (Nicholas Saputra), seorang arsitek berbakat dengan kepribadian tertutup.
River, sama seperti Raia, juga membawa beban masa lalu yang membuatnya enggan membuka hati. Ia masih berduka atas kepergian istrinya dan memilih untuk menyendiri. Pertemuan mereka di New York menjadi awal mula sebuah kisah cinta yang tak terduga.
Raia dan River, dua jiwa yang terluka, saling menemukan kenyamanan dan dukungan satu sama lain. Namun, perjalanan cinta mereka tidaklah mudah. Keduanya harus berjuang melawan trauma masa lalu dan rasa takut untuk kembali jatuh cinta.
Lebih dari Sekedar Kisah Cinta Remaja
Film ini menawarkan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan film drama romantis Indonesia yang seringkali mengangkat kisah cinta remaja. "The Architecture of Love" fokus pada kisah cinta dua individu dewasa yang telah melewati pahit manisnya pernikahan.
Raia dan River, keduanya membawa beban dan pengalaman hidup yang kompleks. Mereka bukan lagi remaja yang dimabuk cinta, melainkan individu matang yang mencari arti cinta sejati dan kedua kalinya.
Baca Juga: Sutradara The Architecture of Love Akui Ada yang Diubah dari Novel dengan Film Layar Lebarnya
Konflik yang dihadirkan dalam film ini pun terasa lebih realistis dan dekat dengan kehidupan. Perselingkuhan, trauma kehilangan, dan ketakutan untuk membuka hati lagi adalah hal-hal yang mungkin pernah dialami oleh banyak orang. Hal ini membuat penonton mudah berempati dan terhubung dengan perjuangan Raia dan River.
Chemistry yang Memikat dan Akting yang Memukau
Nicholas Saputra dan Putri Marino membuktikan bahwa mereka adalah pasangan akting yang serasi. Chemistry keduanya terbangun dengan natural dan mampu menghadirkan momen-momen manis tanpa terkesan dibuat-buat.
Nicholas tampil memukau, tidak hanya sebagai sosok cool seperti yang biasa ia perankan, tetapi juga mampu menampilkan sisi emosional River dengan sangat baik. Tatapan matanya yang dalam mampu menyampaikan berbagai emosi, mulai dari kesedihan, kerinduan, hingga kebahagiaan.
Putri Marino pun tak kalah memukau. Ia memerankan Raia dengan penuh keanggunan dan emosi yang terkontrol. Raia digambarkan sebagai wanita yang kuat dan mandiri, namun tetap memiliki sisi rapuh. Putri Marino berhasil menampilkan kedua sisi tersebut dengan sangat baik.
Baca Juga: Nicholas Saputra dan Putri Marino Jadi Pemeran Utama di Film 'The Architecture of Love'
New York: Saksi Bisu Perjalanan Cinta
Salah satu daya tarik utama film ini adalah visualnya yang memanjakan mata. New York menjadi lebih dari sekedar latar tempat, tetapi menjadi saksi bisu perjalanan cinta Raia dan River. Keindahan kota dengan gedung-gedung pencakar langitnya, taman-taman yang asri, dan jalanan yang ramai terekam apik dengan sinematografi yang ciamik.
Teddy Soeriaatmadja, sang sutradara, mampu menangkap esensi kota New York dengan sangat baik. Ia tidak hanya menampilkan sisi modern dan megahnya kota, tetapi juga sisi humanisnya. Penonton diajak untuk merasakan atmosfer kota yang dinamis dan penuh warna, seakan-akan ikut berjalan-jalan bersama Raia dan River.
Merenungi Arti Cinta dan Kehilangan
"The Architecture of Love" bukan hanya tentang kisah cinta, tetapi juga tentang proses penyembuhan dan menemukan diri sendiri. Film ini mengajarkan kita bahwa setiap orang berhak untuk bahagia dan mencintai lagi, meski pernah terluka. Raia dan River menunjukkan bahwa cinta bisa tumbuh di tempat yang tak terduga dan mampu menjadi obat bagi luka masa lalu.
Baca Juga: Aktris Hunter Schafer Ditahan Akibat Demo Pro Palestina di New York
Film ini juga menyentuh tema kehilangan dan bagaimana seseorang berdamai dengannya. River yang masih berduka atas kepergian istrinya, perlahan-lahan belajar untuk melepaskan masa lalu dan membuka hati untuk cinta yang baru. Raia yang dikhianati oleh suaminya, belajar untuk memaafkan dan mencintai dirinya sendiri.
"The Architecture of Love" adalah film yang menghangatkan hati dan memanjakan mata. Dengan cerita yang relatable, akting yang memukau, dan visual yang indah, film ini layak untuk ditonton oleh para pecinta film drama romantis. Terutama bagi kamu yang mencari kisah cinta dewasa yang realistis dan penuh makna.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: