INDOZONE.ID - Aktris Ariel Tatum mengakui bahwa dalam memerankan tokoh Fatimah dalam film Perang Kota yang disutradarai Mouly Surya ini banyak berdiskusi dengan berbagai pihak untuk mendalami karakter Fatimah yang penuh makna.
Karena di film tersebut, Fatimah merepresentasikan sosok yang tangguh dan berpendirian kuat.
Kisahnya berlatar di Indonesia pasca-kemerdekaan, sebuah masa yang mungkin hanya bisa kita bayangkan karena tidak kita alami secara langsung.
Baca Juga: Sinopsis dan Pemain Film 'Perang Kota', Drama Penuh Emosi Sejarah Indonesia Berlatar 1946
Di tengah situasi penuh gejolak itu, Fatimah tampil sebagai perempuan yang dengan keberanian luar biasa, menanggung beratnya perjuangan hidup.
Walaupun waktu terus berjalan dan zaman telah berubah, nilai-nilai perjuangannya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini.
"Cuma aku rasa masih sangat amat relevan ketika kita coba tarik ke era saat ini gitu ya, resiliensi Fatimah, semangat perjuangannya, walaupun kami Fatimah, dan saya berada di era yang berbeda, peperangan batin tersebut, perjuangan dalam kehidupan, mau jadi seorang perempuan, mau jadi seorang laki-laki, kita hidup itu pasti penuh dengan perjuangan dan setiap hari pasti ada peperangan batin yang kami rasakan di dalam berbagai aspek kehidupan, jadi aku rasa itu yang bisa aku dapat, bisa koneksi dengan karakter Fatimah gitu, ketika aku baca skenarionya, tentang semua hal yang dia perjuangkan ke aku gitu di era modern ini," ungkap Ariel Tatum saat jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, pada Senin (21/4/2025).
Lewat sosok Fatimah, Ariel Tatum menemukan cerminan atas perjalanan pribadinya di zaman modern ini.
Ada garis yang menghubungkan antara Ariel Tatum dan karakter Fatimah dengan perjuangan yang berbeda konteks, namun digerakkan oleh semangat dan keteguhan hati yang sama.
Chemistry Ariel Tatum dalam Membangun Karakter yang Cukup Kompleks dengan Karakter Lainnya
Ariel Tatum mengungkapkan bahwa proses kreatif dalam membangun karakter tidaklah sederhana.
Sebelum memasuki tahap produksi dan syuting, para pemeran utama diberi ruang waktu yang cukup panjang, lebih dari empat bulan, untuk benar-benar menyelami peran mereka.
"Kami diberkati untuk waktu yang cukup panjang sebelum memasuki proses produksi sebelum syuting, sekitar ada empat bulan lebih kami bertiga dan teman-teman yang lain juga, terkadang bersama-sama, kami bertiga suka dibilang hampir setiap hari enam sampai delapan jam bersama-sama, sampai membuat skema di dalam workshop tersebut gitu, karena kami semua percaya bahwa untuk menghidupkan sebuah karakter," jelas Ariel Tatum.
Workshop yang mereka jalani bukan hanya tempat belajar dialog, melainkan menjadi ruang eksplorasi emosional dan psikologis karakter.
Bersama-sama, mereka menyusun skema relasi tokoh, mendiskusikan detail seperti bagaimana pertemuan pertama antara Isa dan Fatimah, dinamika dalam pernikahan mereka, hingga hal-hal kecil yang tak tertulis di naskah.
"Perlu juga kami lakukan beberapa prosedur seperti kami diskusikan 'bagaimana sih kali pertama pertemuan Isa dan Fatimah', 'bagaimana sih dinamika pernikahan kami berdua', sehingga ketika ada sebuah kejadian, selain hal-hal yang kami ucapkan secara verbal, penting juga inner monolog yang terjadi di dalam pikiran si karakter tersebut gitu. Itu bisa dibilang salah satu upaya untuk menghadirkan emosi-emosi yang tidak diverbalkan," sambungnya.
Tujuannya bukan hanya membangun chemistry, tapi juga menciptakan ruang bagi monolog batin yang akan memperkaya akting secara non-verbal.
Mereka bahkan menyelami kenangan buatan, kisah cinta Isa dan Fatimah, momen jatuh cinta, dan kesamaan mereka dalam bermusik, semuanya menjadi pondasi emosional yang kuat.
Inilah bentuk dedikasi yang mendalam terhadap proses penciptaan karakter: ketika batas antara aktor dan tokohnya mulai memudar, dan cerita menjadi hidup bukan hanya melalui dialog, tapi lewat tatapan, jeda, dan keheningan yang berbicara.
"Jadi, date yang kami lakukan itu ada di dalam proses workshop tersebut, kami menggali karakter masing-masing, Fatimah sama Isa tuh ketemunya kapan, apa yang membuat kami jatuh cinta terhadap satu sama lain, dan ternyata kami mempunyai kesamaan yang sama dalam bermusik, itu adalah hal-hal yang kami jadikan bekal untuk membantu menghidupkan karakter," pungkasnya.
Baca Juga: Teaser “La Tahzan” Dirilis, Marshanda dan Ariel Tatum Beri Bocoran Konflik Rumah Tangga yang Panas
Film ini turut dibintangi oleh Chicco Jerikho sebagai Isa, pemeran utama dalam Perang Kota yang berjuag melawan tekanan eksternal dan internal.
Ariel tatum berperan sebagai Fatimah, istri Isa yang menjadi pusat permasalahan emosional dalam cerita, serta Jerome Kurnia yang berperan sebagai Hazil, pemuda yang penuh energi ini menghadirkan sisi lain dalam perjuangan Isa.
Film Perang Kota akan mewarnai bioskop Indonesia mulai 30 April 2025. Jangan lupa catat tanggal tayangnya di bioskop kesayangan kamu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung